Pelajari Detail Sejarah Sunan Ampel
SURABAYA – Howard Dick masih haus sejarah Surabaya. Penulis buku Surabaya City of Work itu kemarin menapak tilas jejak Makam Sunan Ampel. Profesor asal Melbourne University, Australia, tersebut merupakan penyuka sejarah meski disiplin ilmunya adalah ekonomi. Ketertarikannya dicurahkan dalam sebuah buku yang mengupas Surabaya dari sisi sosial budaya dan ekonomi.
Pria 69 tahun itu kini bersiap menerjemahkan bukunya yang mengupas tentang perjalanan 100 tahun Surabaya (1900–2000). Buku yang terbit pada 2003 tersebut akan ditambahkan beberapa catatan kecil. Makam Sunan Ampel menjadi salah satu objek bukunya.
Howard kali terakhir datang ke sana sekitar 25 tahun lalu. Namun, dia belum sepenuhnya menceritakan detail soal Ampel. Nah, kedatangannya kemarin ingin memahami seluk-beluk objek wisata religi tersebut dengan lebih detail. Kunjungan tahun ini adalah kali kedua setelah awal Februari lalu.
Satu hal yang membuat Howard terpikat adalah makam keluarga Tjoa. Makam itu terletak di sisi barat gerbang utama Makam Sunan Ampel. Satu kompleks yang terdiri atas lima kuburan tersebut dibatasi dengan teralis besi. Cat di beberapa bagian sudah mengelupas.
Satu makam terlihat lebih megah dari yang lainnya. Makam dengan panjang 2 meter itu bertulisan Nyi Roro Kindjeng pada sisi timur nisan. Ya, Nyi Roro Kindjeng merupakan anak perempuan Kiai Toemenggoeng Ongkodjojo, bupati Pasuruan periode 1671–1686. Dia menikah dengan seorang pedagang Tiongkok bernama Tjoa Kwie Soe.
Nah, cerita inilah yang menarik hati Howard. Di dam pingi salah seorang tokoh sejarah kampung Ampel, Howard banyak mendapat cerita yang selama ini belum didengar. ” Ini sangat me narik. Masih ada sejarah yang tersembunyi di Surabaya,” katanya.
Ketua RW 2 Ampel Menara Khotib menyatakan bahwa hingga kini, lingkungan Makam Ampel memang menyimpan sejarah yang belum diketahui orang. Apalagi, kebanyakan orang yang datang hanya berziarah. ”Kalau mau blusukan, mereka pasti akan tahu lebih,” ujarnya. (gal/c16/oni)