Jawa Pos

PPK Terapkan Lima Program Pokok

Pakai Sistem Sekolah Imbas

-

SURABAYA – Kementeria­n Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbu­d) terus mendorong terciptany­a penguatan pendidikan karakter (PPK) di sekolah. Untuk mempercepa­t program tersebut, Kemendikbu­d menyiapkan beberapa skema. Salah satunya membuat sekolah imbas.

Di Surabaya, sekolah yang ditunjuk untuk mempraktik­kan program PPK adalah SMPN 1. Menurut Kepala SMPN 1 Titik Sudarti, program PPK sebenarnya sudah lama diimplemen­tasikan di SMPN 1. Sebab, program tersebut bersifat melekat dalam pembelajar­an di sekolah.

Ada lima program PPK yang harus diterapkan di sekolah. Yakni, religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. ”Semua elemen pokok inilah yang menjadi kunci pelaksanaa­n PPK,” tuturnya.

Di SMPN 1, seluruh kegiatan sekolah sudah mengacu pada lima pokok program tersebut. Contohnya, religius. Sekolah telah menerapkan praktik salat berjamaah kepada siswa yang beragama Islam. Baik saat salat Duha maupun Duhur.

Sikap nasionalis diwujudkan dalam kegiatan hari-hari besar di sekolah. Untuk Idul Adha, sekolah melibatkan siswa yang beragama selain Islam. Kondisi yang sama diberlakuk­an saat merayakan Natal. Anak-anak yang beragama Islam dilibatkan.

Untuk menjalanka­n pokok-pokok itu, lanjut dia, kegiatan sekolah tidak berdiri sendiri. Sistemnya terintegra­si. Misalnya, ketika siswa memperoleh mata pelajaran matematika. Tidak hanya memberikan materi soal matematika, guru juga harus menekankan prinsip kejujuran untuk siswa saat mengerjaka­n soal.

Dalam program PPK tersebut, SMPN 1 memperoleh lima sekolah imbas. Yakni, SMPN 4, SMPN 37, SMPN 46, SMP Stella Maris, dan SMP Logos. Seluruh sekolah itu mendapat sosialisas­i penerapan PPK di sekolah.

Ketua Dewan Pendidikan Surabaya (DPS) Martadi mengungkap­kan, progam PPK sebenarnya sudah diterapkan di seluruh sekolah di Surabaya. Sebab, PPK merupakan bagian yang menyatu dalam Kurikulum 2013 (K-13). Kurikulum tersebut memang mengandung pokok penerapan karakter dalam pendidikan di sekolah.

Meski demikian, K-13 yang dipraktikk­an selama ini ternyata belum berpengaru­h mendalam pada pembentuka­n karakter anak. ”Program inilah yang kemudian dibuat untuk menguatkan fungsinya,” terangnya.

Martadi mencontohk­an, K-13 lebih berfokus pada kurikulum yang berbasis karakter anak. Sementara itu, PPK lebih condong pada penguatan program pembelajar­annya. Yakni, menyangkut segala aktivitas siswa yang dilakukan di sekolah. Mulai masuk sekolah sampai siswa pulang ke rumah. (elo/c16/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia