Tanpa Riset, Ilmu Basi
Dosen PTS Tak Biasa Meneliti
SURABAYA – Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) VII Wilayah Jawa Timur mendorong perguruan tinggi swasta ( PTS) untuk proaktif melakukan riset. Sebab, riset yang dihasilkan akan berpengaruh pada nama baik PTS itu sendiri.
Sekretaris Pelaksana Kopertis VII Jawa Timur Widyo Winarso mengatakan, saat ini sudah ada (sinta) untuk memotret dan mendokumentasikan riset-riset yang dilakukan para dosen. Sinta menjadi salah satu alat untuk mengetahui proses penilaian lektor, lektor kepala, dan guru besar. ”Ini pelaporan kinerja yang memudahkan bagi dosen itu sendiri,” jelasnya.
Laki-laki kelahiran Bojonegoro tersebut mengakui, tren riset para dosen masih perlu ditumbuhkan. Sebab, para dosen belum terbiasa melakukan riset. Dia menilai, hal itu terjadi karena pola pikir para dosen masih memenuhi kebutuhan di kondisi dasar. Yakni, pada pengajaran. Mereka belum memfokuskan pada riset dan pengabdian.
Meski begitu, tren riset para dosen mulai tumbuh. Di tingkat nasional, jumlah riset kian bertambah dalam tiga tahun terakhir. ”Jumlah publikasi kita melonjak luar biasa. Potensi riil sudah ada,” katanya.
Rektor Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kuncoro Foe mengungkapkan, perguruan tinggi memiliki empat peran di masyarakat. Yakni, agen pendidikan; agen riset; agen budaya dan transfer teknologi; serta agen pengembangan ekonomi.
Setiap perguruan tinggi bisa berpindah dari peran agen satu ke agen lain. Agen pendidikan, misalnya. Perguruan tinggi berperan menceritakan hasil temuan orang lain. Namun, temuan tersebut juga harus dikembangkan lagi melalui riset. ”Jika tidak, ilmunya bisa basi,” jelasnya. (puj/c17/nda)