Kenalkan Bahaya HIV/AIDS ke Siswa SMP
SIDOARJO – Pada masa pubertas seperti yang dialami siswa SMP/SMA, pengawasan kepada buah hati diperketat. Jika tidak, anak-anak bisa terjerumus kegiatan yang membahayakan. Misalnya, narkoba. ’’SMP ini kan masa awal pubertas. Karena itu, wajib dikenalkan faktor risiko HIV/AIDS agar bisa menghindarinya,’’ kata Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah dr Prajogo Wibowo Mkes.
Hal tersebut menjadi tujuan pelaksanaan seminar di aula SMP Negeri 6 Sidoarjo kemarin (9/12). Asean Medical Student Association (AMSA) Universitas Hang Tuah Surabaya yang memberikan materi itu kepada 101 siswa dari kelas VII dan VIII. Salah satunya, dr Sadya Wendra SpKJ. Psikiater tersebut membahas penyebaran HIV/AIDS dan stigma negatif yang melekat pada para orang dengan HIV/AIDS (ODHA). ’’Jauhi penyakitnya, faktor risikonya. Jangan jauhi penderitanya,’’ ucapnya.
Selain Sadya, ada ODHA bernama E yang bersedia menjawab pertanyaan dari siswa. Contohnya, pertanyaan dari Widya. Dia menanyakan penderita HIV harus dikarantina atau tidak. ’’Sekarang boleh lihat saya dan teman saya. Apakah saya terlihat sakit atau kira-kira menular?’’ jawab E santai.
Dia tidak menyalahkan pertanyaan tersebut. Dia maklum. Remaja kurang mendapat informasi mengenai HIV. ’’Saya harap setelah seminar ini semua yang ada di sini jadi tahu mengenai HIV/AIDS,’’ tuturnya.
Penjelasan itu membuat Vergas Wahyu dan Jesica Evangelista paham. Siswa kelas VII-F tersebut mengaku sedikit tegang saat akan bertemu ODHA. ’’Mulanya sedikit takut. Saya pernah dengar dari kakak kalau itu penyakit menular. Tapi, sehabis diterangkan, saya jadi tidak takut lagi,’’ ujar Jesica.
Prajogo menjelaskan, masih banyak sekolah yang ragu mengadakan seminar HIV. Apalagi jika tahu bakal ada ODHA yang hadir. ’’Itu membuktikan bahwa stigma dan prasangka soal penderita HIV/AIDS masih kental di setiap elemen masyarakat,’’ katanya.
Wakil Kepala SMP 6 Sidoarjo Sulastri menyatakan bahwa pihaknya senang dengan adanya seminar tersebut. Menurut dia, kegiatan itu sangat positif untuk masa depan siswa. ’’Tidak akan ada pesan yang paling manjur selain dari penderitanya sendiri. Kami melihat tidak ada salahnya mengundang mereka sebagai contoh nyata,’’ jelasnya. (bil/c20/ai)