Sampah Penggerak Ekonomi
Kebersihan Kota Pudak masih jauh dari harapan. Banyak sampah yang dibuang di sembarang tempat. Padahal, limbah itu bisa dimanfaatkan.
ASOSIASI Bank Sampah Gresik (ASBAG) Ngopi Bareng bersama Jawa Pos di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngipik Rabu (6/12). Ketua ASBAG Siti Fitria yang didampingi Wakil Ketua Indah Wahyuni, Sekretaris Ning Suminarsih, Koordinator Kota Kusumawati, dan Susi Widi Asmara membahas perda baru tentang pengolahan sampah. Mereka meminta setiap rukun tetangga memiliki bank sampah. Bagaimana budaya masyarakat Gresik soal sampah? Kami terus membantu pemerintah memperbaiki sistem pengelolaan sampah. Berdasar pengamatan, 75 persen warga Kota Giri belum mengerti pengelolaan sampah yang benar. Mereka enggan melakukan pemilahan sejak dini. Asal buang saja.
Pemkab Gresik telah merevisi peraturan daerah pengelolaan sampah. Salah satunya mengenai penekanan pemilahan sampah. Bagaimana tanggapannya?
Kami menyambut baik revisi perda itu. Sejak awal, kami sepakat soal kewajiban masyarakat memilah sampah. Seharusnya, mereka diwajibkan memiliki dua jenis tempat sampah sejak dulu. Revisi perda memudahkan jalan kami untuk mengampanyekan bank sampah.
Masih banyak kawasan yang belum memiliki bank sampah?
Jumlah bank sampah di Gresik masih seratus unit. Nasabahnya 10 ribu. Idealnya, setiap kawasan rukun tetangga (RT) memiliki satu bank sampah. Pada 2018, bersama dinas lingkungan hidup, kami berusaha menghidupkan keberadaan bank sampah. Cara untuk menguatkan peran bank sampah? Mendirikan bank sampah memang tidak sembarangan. Pengurusnya kami gembleng lebih dulu. Khususnya cara meningkatkan kesadaran masyarakat secara halus. Kami juga membekali pengurus untuk mendorong kreativitas nasabah. Apa sebenarnya manfaat keberadaan bank sampah? Di Gresik, ada banyak desa yang memiliki BUMDes pengelolaan sampah. Bank sampahnya hidup. Hasil setoran nasabah langsung dipilah. Masyarakat kreatif membuat produk kerajinan berbahan sampah. Harga jual lumayan tinggi dan menopang pendapatan. (hen/c22/dio)