Terdata 16 Ribu Peserta Unas 2018
GRESIK – Cabang Dispendik Wilayah Gresik melakukan persiapan menyongsong Ujian Nasional (Unas) 2018. Dispendik telah memverifikasi jumlah calon peserta unas SMA/MA/SMK. Hasilnya, 16.161 siswa terdata sebagai daftar nominasi sementara (DNS) Unas 2018.
’’Statusnya masih data sementara. Masih mungkin berubah,” kata Kepala Cabang Dispendik Wilayah Gresik Puji Hastuti kemarin (9/12).
Perinciannya, 6.267 calon peserta SMA, 3.597 siswa MA, serta 6.297 siswa SMK ( lihat grafis). Data tersebut di- input langsung dari masing-masing lembaga. Sejauh ini, data masih divalidasi pengawas sekolah. Berdasar jadwal, hasil validasi DNS dilaporkan ke Dispendik Jatim pada pekan depan. ’’Setelah itu, ditetapkan menjadi DT (daftar nominasi tetap, Red),” lanjutnya.
Ada beberapa faktor yang bisa membuat jumlah calon peserta unas berubah. Di antaranya, siswa mengundurkan diri atau sebab lain. Misalnya, meninggal dunia. Namun, dispendik memprediksi jika pun ada perubahan peserta, jumlahnya tidak akan terlalu signifikan. ’’Data DNS berdasar input per sekolah,” kata Kasi Pembelajaran SMA/SMK Rita Riana. ( mar/c7/dio)
– Kasus abortus medis atau keguguran masih menjadi momok bagi ibu hamil (bumil). Dinas kesehatan (dinkes) mencatat, jumlah kasus abortus medis menurun selama tiga tahun terakhir ( lihat grafis). Meski demikian, ibu hamil diminta tetap waspada.
Kasus itu menimpa Restuning Rahayu. Perempuan 25 tahun tersebut harus rela kehilangan calon anak pertamanya. Dia baru saja keguguran karena janin di dalam perutnya tidak berkembang. ”Mungkin sudah takdir,” ujarnya kemarin (9/12).
Restu menuturkan, dirinya rutin memeriksakan kandungan sejak usia kehamilan satu minggu. Pada minggu keempat, dia kaget saat mengetahui hasil pemeriksaan USG (ultrasonografi). ”Kata dokter, kantong (janin, Red) membesar. Tapi, janinnya kecil sekali,” ujarnya.
Oleh dokter, Restu diminta memperbaiki status gizinya. Sebab, berat badannya turun ketika hamil. Penyebabnya, makan apa pun, dia selalu muntah. Saat usia kehamilan enam minggu, dia kembali periksa. Dokter menyatakan bahwa janinnya tidak berkembang sama sekali. ”Akhirnya diputuskan untuk digugurkan,” katanya.
Dokter spesialis kandungan RS Denisa dr Bambang Prihadi SpOG menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab keguguran. Salah satunya, bibit janin yang kurang bagus. ”Bisa dari sperma atau sel telurnya,” tuturnya.
Menurut Bambang, kondisi sperma maupun sel telur sangat memengaruhi kualitas janin yang akan dikandung. Sperma atau sel telur yang lemah mengakibatkan janin tidak berkembang. ”Itu sering ditemui pada pasangan yang berusia di atas 35 tahun. Kualitasnya sudah menurun,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Bambang, infeksi menjadi faktor utama penyebab keguguran. Salah satunya, infeksi toksoplasma. Selama ini toksoplasma paling sering mengakibatkan keguguran.
Menurut Bambang, infeksi toksoplasma bisa menyebabkan kelainan pada janin. Risiko janin tidak berkembang pun meningkat. Hingga akhirnya, janin harus digugurkan. ”Biasanya ditandai dengan adanya flek darah,” terangnya.
Setelah tujuh hari tidak ada perkembangan, dokter bisa memutuskan untuk tindakan pengguguran. ”Kalau tidak digugurkan, justru jadi masalah,” jelas mantan ketua IDI Cabang Gresik tersebut.
Di sisi lain, Kepala Dinkes Gresik dr Nurul Dholam berharap program di bidang kesehatan ibu dan anak bisa berjalan optimal. Sebab, hal tersebut bisa berdampak pada angka kematian ibu dan anak (AKI dan AKB). Itu menjadi salah satu indikator pembangunan daerah. ”Paling tidak, tindakan preventif perlu digencarkan,” tandasnya. ( adi/c7/dio)