Jawa Pos

Dari Panjul, Takeli, sampai Sarkali

Guru yang kreatif akan memacu semangat belajar siswa. Dengan begitu, belajar tidak terasa membosanka­n. Ruang kelas justru menjadi arena permainan yang mencerdask­an.

-

ABDULLAH Makhrus, guru matematika SD Muhammadiy­ah 1 Sidoarjo, mengeluark­an empat papan kertas dari tas jinjingnya. Menyusul tumpukan kartu sebesar kartu remi yang penuh tulisan angka. Kartu-kartu tersebut merupakan media pembelajar­an matematika karyanya yang dikembangk­an sejak 2010.

’’Kesan awal itu biasanya matematika disukai,’’ ujarnya kemarin (18/12). Melalui media pembelajar­an tersebut, Makhrus berharap bisa mengikis kesan negatif itu. Siswa jadi lebih cinta matematika. ’’Makanya, awal pertemuan (kegiatan belajar-mengajar di kelas, Red) biasanya kami buka dengan permainan itu,’’ ujarnya. Empat papan bermain tersebut masing-masing diberi nama panjul, singkatan dari papan penjumlaha­n. Lalu, benteng takeli, jembatan pembagian, dan sarkali. Yang terakhir merupakan singkatan dari sarang perkalian. Kartunya diberi nama kartu sulap matematika. Awalnya, dia menjelaska­n cara memainkan panjul. Papan tersebut menampilka­n banyak kotak yang bertulisan angka. Di bagian pinggirnya terdapat deretan gambar kotak yang berisi angka satu sampai sembilan. Kotak di pinggir itu disebut kotak kendali. Pemain meletakkan pion d di kotak kendali. Mereka b bebas mau memilih kotak at atau angka berapa pun. Lalu, pe pemainharu­smenjumlah­kan an angka pada kotak kendali pi pilihannya dengan angka pa pada kotak kendali lawan. Mi Misalnya, hasil penjumlaha­n itu 20. Selanjutny­a, pemain har harus meletakkan pion yang lain di kotak bertulisan angka 20 di bagian ba tengah papan. Un Untuk menang, harus ada pion yang menempati empat kotak seca secara berderet. Mirip permainan deret de O dan X. ’’Nah, lawannya bisa menghadang biar tidak sampai jadi empat deret,’’ kata Makhrus. ’’Itu sekaligus pembelajar­an strategi berpikir,’’ lanjut pria kelahiran Sidoarjo, 14 September 1981, tersebut. Jika biasanya menjawab hasil penjumlaha­n, dengan permainan itu, siswa dituntut untuk membuat pertanyaan yang hasilnya sudah ada. Berkat panjul, Makhrus menjadi juara tiga dalam Olimpiade Nasional Kreativita­s Guru di Universita­s Muhammadiy­ah Malang pada 2010.

Permainan sarkali tidak kalah menarik. Beda dengan panjul yang berbasis penjumlaha­n, sarkali menjalanka­n fungsi perkalian. Cukup mengalikan angka pertama dan kedua pada kotak kendali.

Benteng takeli Makhrus juga merupakan permainan untuk belajar perkalian, tetapi menggunaka­n dadu. Pemain harus mengalikan angka yang keluar dari dadu dengan angka yang ada pada kotak pertama di papan. Semakin tinggi angka yang keluar, pemain semakin cepat mencapai kotak finis. Sedikit mirip ular tangga.

Untuk pembelajar­an pembagian, bapak tiga anak itu mengenalka­n jembatan pembagian. Cara mainnya, pemain bebas memilih angka yang ada di papan kotak. Lalu, mengocok dadu. Angka yang keluar dari dadu dijadikan angka pembagi dari angka yang dipilih tadi.

Satu lagi karya Makhrus. Yakni, kartu sulap matematika. Pemainnya akan memegang enam kartu kunci. Isinya 48 deret angka yang sudah disusun secara khusus. Pemain lantas meminta seseorang untuk memilih angka 1–100 dan merahasiak­annya. Selanjutny­a, pemain memperliha­tkan enam kartu tersebut secara bergantian sembari menanyakan apakah angka yang dipilih muncul dalam kartu. Dengan operasi dan rumus tertentu, pemain bisa menebak angka yang dipilih temannya.

’’Semua angka yang ada dalam kartu sudah saya hitung kelipatan persekutua­nnya. Jadi, saat dijumlahka­n tidak mbeleset,’’ jelas Makhrus, lantas tersenyum. (uzi/c15/pri)

 ??  ?? nggak
nggak
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia