Perhitungan Dilengkapi Pasaran, Bantu Warga yang Lupa Tanggal Lahir
Membuat kalender hingga 170 tahun bukan perkara mudah. Hal itu dilakukan Turin, 55, warga Dusun Sukorejo, Desa Lemahbangkulon, Kecamatan Singojuruh. Menariknya, rumusan kalender itu ditulis tangan sendiri dalam sebuah buku folio bergaris.
menunjukkan pukul 13.00. Hujan rintik-rintik mengguyur sejak pagi. Seorang lelaki paro baya dengan tenang dan santai duduk di balai bengong (gazebo). Lelaki itu tampak serius menulis di atas kertas bergaris. Segelas kopi hitam bersanding tepat di samping kirinya.
Sesekali lelaki tersebut membuka lembaran kertas yang diletakkan di lantai persis di depan tempatnya duduk. Lelaki itu adalah Turin. Warga Dusun Sukorejo, Desa Lemahbangkulon, Kecamatan Singojuruh, itu sehari-hari bertugas sebagai juru kunci petilasan Syekh Siti Jenar.
Di balik kepolosannya sebagai juru kunci, Turin ternyata juga menyimpan bakat yang sungguh luar biasa. Betapa tidak, dengan penuh kesabaran, Turin membuat rumusan kalender. Padahal, rumusan kalender itu juga tidak pernah dicetak untuk kepentingan umum.
Turin mengungkapkan, menulis rumusan kalender itu dimulainya pada 2002 silam. ”Awalnya saya hanya ingin belajar tentang ilmu menghitung hari dan pasaran Jawa,” ujarnya.
Dia belajar menghitung hari, bulan, dan pasaran pada sesepuh desa setempat yang bernama Esdi (alm). Karena ingatan manusia terbatas, dia memutuskan menulis ilmu yang dipelajari tersebut dengan menggunakan bolpoin dan kertas. ”Jadi saya membuat rumusan kalender ini dipandu guru saya (alm) Kek (sebutan kakek) Esdi itu,” tuturnya.
Sepeninggal Esdi, dia mulai meneruskan rumusan kalender yang ditulis sejak 1901 tersebut. Kini rumusan kalender lengkap dengan hitungan pasaran Jawa itu sudah memasuki tahun 2070.
Pembuatan rumusan kalender itu juga cukup rumit. Yakni, menggunakan ilmu Jawa kuno berupa pawukon atau wuku (waktu). Satu wuku memiliki umur tujuh hari. Ada 30 jenis wuku, mulai Sinto hingga Prabu Watu Gunung.
Berbekal buku pawukon atau wuku itulah, rumusan kalender umum dan Jawa tersebut bisa dibuat beserta dengan pasaran limo, yakni Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Rumusan kalender yang ditulis tangan itu berbentuk lembaran. Di satu lembar kertas folio bergaris tersebut, terdapat 12 kolom yang mencantumkan tahun, nama bulan, pasaran, tanggal, dan wuku. ”Tanggalnya saya buat berdasar hitungan satu wuku atau tujuh hari,” terang suami Susiana tersebut.
Turin tidak menyangka, niat memper- dalam ilmu menghitung hari itu kini justru mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Salah satu manfaatnya adalah membantu seseorang yang lupa hari, tanggal, dan bulan lahirnya. ”Kalau orang dulu, biasanya hanya ingat hari lahirnya bersamaan dengan momen tertentu. Dari petunjuk awal itu, saya bisa membantu dengan melihat di rumusan kalender dan kebanyakan ketemu hari lahirnya, tanggal, bulan apa,” jelas bapak dua anak itu.
Salah satu bukti rumusan kalender yang ditulisnya sangat jitu adalah tahun baru 2018 jatuh pada Senin Legi. Jumlah wukunya 21, masuk wuku medang
kuan. Tanggal tersebut baik untuk melaksanakan pernikahan, membangun rumah. Namun, nahasnya atau sialnya tidak boleh marah dan mudah tersinggung. Jika marah, bisa saja terjadi pertengkaran hebat dan bisa timbul peperangan.