Setelah Begadang Tiga Hari, Manajemen Makin Fokus
Usaha keras syarat utama mencapai sebuah keberhasilan. Namun, tidak berarti semua harus dikerjakan sendiri. Pengelolaan manajemen yang baik membuat Riski Rahmadianti sukses mengembangkan usaha.
PERGANTIAN hari tinggal beberapa menit lagi. Untuk sebagian besar orang, waktunya istirahat di rumah. Namun, Riski Rahmadianti masih sibuk di depan komputer jinjing. Sebab, saat tengah malam, dia harus memasang kata kunci di website tempatnya memajang produk.
Riski menggunakan cara itu agar produk yang dijual semakin mudah dicari dalam laman pencarian Google. ”Malam seperti itu memang waktu yang pas untuk meningkatkan search engine optimization (SEO),” ujar perempuan 40 tahun itu.
Riski sudah sebelas tahun mengelola usaha konfeksi yang diberi label Rira Clothing. Dia merintis usaha itu mulai dari awal. Dari yang hanya menerima jahitan kerudung hingga kini memiliki usaha konfeksi yang mampu memberikan penghidupan bagi 30 penjahit.
Karir cemerlang di sebuah stasiun televisi tidak lantas membuat Riski terlena. Dia mengambil tantangan baru. Ibu tiga anak itu belajar desain di salah satu sekolah fashion. Dia ingin mengembangkan pengetahuan dan bakatnya di dunia mode. Dia mulai merintis usaha pada 2006 dengan memproduksi hijab. ”Semula ditawarkan ke tetangga dan waktu ada pengajian. Hasilnya lumayan. Ada yang pesan juga,” tuturnya.
Hanya dalam tempo dua tahun, usaha itu semakin berkembang. Dia merekrut seratus penjahit. Namun, banyak yang kinerjanya kurang maksimal. Apalagi, manajemen usaha masih amburadul. Semua digarap sendiri olehnya. Mulai menggambar desain, berbelanja bahan baku, hingga memotong kain. ”Pernah begadang hingga tiga hari garagara kerjaan numpuk,” ujar alum- nus Teknik Elektro Universitas Brawijaya itu.
Manajemen yang amburadul membuat bisnis lesu. Sadar akan hal itu, Riski mulai menata kembali. Rira Clothing berfokus pada pakaian muslimah saja dengan segmen anak-anak di bawah usia 6 tahun. Selain itu, dia membuka jasa penjahitan. Jadi, Riski menerima jahitan berbagai macam model dari orang lain. ”Saya hanya mengerjakan, sementara merek masih milik pemesan,” katanya.
Dia mengatakan, sebuah usaha memang membutuhkan ketelatenan untuk menata manajemen. Menurut dia, banyak UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), termasuk dirinya, terjebak pada keinginan untuk menangani semua sendiri. Justru itulah yang menjadi penghambat berkembang.
Sekarang Riski juga sering berbagi ilmu dengan UMKM lain. Bagaimana manajemen sebuah bisnis itu berjalan tanpa harus membuat pelaku usaha mumet. Salah satunya di Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Surabaya.
Pertengahan 2016, usaha Riski dilirik oleh Google Asia-Pacific sebagai sebuah video inspirasional. Video tersebut mempromosikan layanan baru, yakni Google voice. ”Alhamdulillah kalau bisa menginspirasi orang lain,” ujarnya.
Berbagai penghargaan juga diraih Riski. Di antaranya, runnerup Moslem Ready-to-Wear Surabaya 2010 dan peringkat kedua lomba Pengentasan Kemiskinan Surabaya 2011. Dia juga aktif di beberapa organisasi. Salah satunya Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Surabaya.
Sekarang Riski tengah berfokus pada pengembangan usahanya. Dia ingin meningkatkan kapasitas produksi usahanya. (c6/dio)