Tanda Tangan atau Ditinggal!
Polemik Anggaran Cabor Asian Games
JAKARTA – Tarik ulur soal anggaran untuk cabang olahraga (cabor) peserta Asian Games 2018 semakin panas. Kemenpora memberikan tenggat waktu hingga hari ini kepada 32 cabor yang belum menandatangani nota kesepahaman anggaran. Jika tidak tanda tangan, mereka akan ditinggal.
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Mulyana menilai cabor yang tidak mau tanda tangan berarti menghambat pencairan dana. Sebab, ada delapan cabor yang sudah menyepakati besaran anggaran ( lihat grafis). ’’Kalau tidak mau (tanda tangan, Red), terpaksa kami tinggal,’’ tegas Mulyana kemarin (11/1).
Sebelumnya, perwakilan cabor mempertanyakan dana yang disetujui Kemenpora. Menurut mereka, nilainya jauh lebih rendah daripada pengajuan. Sekjen Indonesia Jetsport Boating Association (IJBA) Renaldi Duyo mengungkapkan, cabor jetski hanya diberi dana Rp 5,6 miliar. Padahal, proposal yang mereka ajukan Rp 25,7 miliar.
Menurut Renaldi, dana yang ditawarkan Kemenpora tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan persiapan atlet selama setahun. Untuk tryout dan training camp, misalnya, cabor jetski menghabiskan Rp 2 miliar. Jetski berencana tryout ke Amerika Serikat (AS). ’’Negara-negara seperti Thailand dan Qatar latihannya juga di sana (AS). Untuk mengimbangi mereka, tentu kami juga harus ke sana,’’ katanya.
Sementara itu, cabor karate menyusun agenda tryout ke Eropa. Namun, rencana tersebut batal karena hanya mendapatkan anggaran Rp 10,2 miliar. ’’Semuanya kacau. Tidak mungkin memberangkatkan 16 atlet dengan dana segitu,’’ ujar pelatih karate Philip King. Padahal, karate termasuk cabor potensi medali.
Menurut Mulyana, anggaran cair pada 15 Januari. Dengan catatan, hari ini 32 cabor harus menandatangani memorandum of understanding (MoU) dana anggaran. Dia beranggapan pengurus besar cabor tidak serius dalam berpartisipasi di Asian Games. ’’Tapi, mungkin juga mereka sudah kaya. Jadi nggak butuh dana dari pemerintah,’’ ujarnya.
Selain masalah dana, efisiensi tempat latihan menjadi masalah. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani) Ilya Avanti kemarin mengadu kepada Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK). Dia mengeluh soal tempat pelatnas yang belum terpusat. Selama ini tempat latihan atlet senam tersebar di DKI Jakarta, Lampung, Riau, dan Jatim.
Gara-gara tempat yang tersebar itu, pembinaan para atlet jadi kurang optimal. ’’Pak JK sangat responsif dan akan mengupayakan tempat latihan yang tersentral, tidak terpecah-pecah,’’ tuturnya. (han/jun/c22/ca)