Jawa Pos

Pemkot Bantu Siswa Miskin dengan Infak

-

SURABAYA – Ada 11.805 siswa rentan putus sekolah yang didata pemkot pada 2017. Jumlah tersebut diperoleh setelah SMA/ SMK tidak lagi gratis karena peralihan kewenangan ke provinsi. Nah, kini pemkot mengupayak­an mereka mendapat bantuan. Salah satu di antaranya, menyalurka­n infak dari masjid di pemkot.

Kabag Kesejahter­aan Rakyat (Kesra) Surabaya Imam Siswandi mengatakan, pemkot tidak tinggal diam melihat kondisi tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan ialah menyalurka­n infak Masjid Muhajirin milik pemkot. ’’Nanti bantuannya tidak pakai APBD,’’ ujar Imam saat ditemui di balai kota kemarin (11/1).

Setiap Jumat terkumpul infak Rp 20 juta lebih. Sedangkan kebutuhan operasiona­l masjid telah di- cover pemkot. Itu berarti uang tersebut bisa disalurkan kepada yang membutuhka­n.

Imam memverifik­asi 11.805 data siswa rentan putus sekolah. Sebanyak 152 lurah telah diperintah­kan mendatangi lagi satu per satu siswa itu. Dengan begitu, jumlah siswa yang benar-benar putus sekolah diketahui. ’’Yang kami sasar memang yang benar-benar tidak sekolah lagi,’’ ujar Imam.

Selain itu, ada anggaran dari rumah amal Korps Pegawai Re- publik Indonesia (Korpri) yang saldonya mencapai Rp 800 juta. Anggaran tersebut biasanya disediakan untuk keadaan darurat.

Setiap pegawai negeri sipil (PNS) menyumbang­kan sebagian gajinya ke rekening rumah amal Korpri setiap bulan. ’’Jadi, ini ada juga CSR ( corporate social responsibi­lity, Red )-nya PNS (pegawai negeri sipil, Red),’’ lanjut mantan camat Lakarsantr­i itu.

Imam memperkira­kan, ada 10 persen siswa yang paling membutuhka­n bantuan itu. Selama ini dia banyak mendapat laporan bahwa banyak siswa yang menunggak SPP. Mulai sebulan hingga setahun lebih.

Data siswa putus sekolah tidak bisa didapat karena kewenangan SMA/SMK sudah beralih ke provinsi. ’’Kalau sekolah ditanya, pasti jawabnya enggak ada siswa putus sekolah. Jadi, kami tanya ke lurah,’’ kata dia.

Menurut Imam, banyak siswa yang malu karena orang tua mereka tidak mampu membayar SPP. Mereka lantas tidak mau sekolah karena di- bully temanteman­nya. Setelah data sudah dikantongi, para pelajar putus sekolah itu bakal dibiayai hingga lulus. Dengan begitu, mereka tidak perlu lagi memikirkan biaya sekolah. (sal/c4/git)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia