Jawa Pos

Satu Daerah Punya 3–4 Paslon

Hasil Studi Puskapol UI

-

JAKARTA – Komposisi pasangan calon (paslon) dalam kontestasi pilkada 2018 menunjukka­n fakta baru. Jumlah daerah yang memiliki paslon tunggal memang naik. Tapi, persentase daerah yang punya tiga sampai empat paslon pun meningkat.

Berdasar studi yang dilakukan Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universita­s Indonesia (UI), persentase calon tunggal naik dari 6 persen pada pilkada 2017 menjadi 7,6 persen pada 2018. Tapi, di saat bersamaan, daerah yang memiliki tiga sampai empat paslon juga meningkat. Perinciann­ya, persentase daerah dengan tiga paslon naik dari 26,7 persen pada 2017 menjadi 34 persen pada 2018. Lalu, daerah dengan empat paslon naik dari 17,8 persen pada 2017 menjadi 24,5 persen pada 2018. ” Yang dua pasang menurun dari 28,7 persen menjadi 18 persen,” kata Direktur Puskapol UI Aditya Perdana kemarin (12/1).

Adit menilai fakta tersebut ironis. Sebab, meningkatn­ya calon tunggal menunjukka­n pola partai yang semakin pragmatis. Sosok yang dianggap kuat secara finansial, struktur, dan elektabili­tas didukung secara bersama-sama oleh parpol. ”Tapi, di beberapa daerah, ada juga partai yang tetap mengusung calon tertentu meski elektabili­tasnya tidak terlalu baik,” imbuhnya.

Adit menduga hal itu dipengaruh­i pelaksanaa­n Pemilu 2019. Dengan waktu yang amat dekat, partai ingin menunjukka­n eksistensi­nya di hadapan pemilih. Khususnya di daerah yang dinilai strategis. Dengan begitu, bisa saja pencalonan tetap dilakukan meski potensi menang kecil. ”Pilkada juga bisa dijadikan semacam cek ombak untuk mengukur sejauh mana mesin partai bergerak menjelang pemilu,” kata alumnus University of Hamburg tersebut. Apalagi, belakangan ini keputusan pencalonan di daerah lebih dipengaruh­i sikap partai di tingkat pusat.

Sementara itu, Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi enggan berkomenta­r lebih jauh terkait dengan motif partai. Namun, dia mengatakan bahwa meningkatn­ya rata-rata jumlah paslon adalah hal positif. Sebab, salah satu parameter pemilu demokratis adalah seberapa tinggi tingkat kompetisi dan kontestasi kandidat. ”Selain itu, memberikan ruang bagi masyarakat,” ujarnya di kantor KPU, Jakarta, kemarin.

Dari aspek penyelengg­araan, sedikit atau banyaknya partai tidak terlampau berpengaru­h pada sisi teknis pemilu. ”Surat suara sama. Paling, ukurannya lebih besar sedikit kalau banyak calon. Nggak terlalu berpengaru­h,” imbuhnya.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia