Jawa Pos

Tiongkok Ogah Terima Sampah

Eropa Kelimpunga­n Cari Pembuangan

-

LONDON – Tidak perlu senjata nuklir untuk membuat negara-negara Eropa kelimpunga­n. Cukup berhenti menampung sampah mereka seperti yang dilakukan Tiongkok. Kini sampah menumpuk di berbagai penjuru.

Negara-negara di Benua Biru itu tengah mencari cara untuk mengatasi penumpukan tersebut. Salah satunya adalah mencari negara lain yang bisa menggantik­an Tiongkok.

Khusus untuk urusan sampah, dunia memang bergantung pada Tiongkok. Berdasar data industri pada 2016, negara yang dipimpin Xi Jinping itu telah mengimpor separo sampah kertas, besi, dan plastik dari seluruh dunia. Negara-negara Eropa-lah yang paling banyak mengirimka­n sampahnya. Irlandia misalnya. Sebanyak 95 persen sampah yang mereka hasilkan diekspor ke Tiongkok. Inggris mengirimka­n 2,7 juta ton atau dua pertiga. Sedangkan Amerika Serikat (AS) mencapai 14,6 juta ton.

Dengan alasan melindungi lingkungan dan meningkatk­an taraf kesehatan pendudukny­a, pada Juli Tiongkok menyurati Badan Perdaganga­n Dunia (WTO) bahwa mereka tidak akan mengimpor sampah lagi. Kebijakan itu berlaku mulai 1 Januari tahun ini. Ada 24 jenis sampah padat yang dilarang masuk. Termasuk plastik dan kertas. ”Ini bukan hanya masalah Inggris. Negara-negara di dunia sedang berpikir tentang apa yang bisa kita lakukan sekarang,” ujar pimpinan Asosiasi Daur Ulang di Inggris Simon Ellin seperti dilansir The New York Times.

Perusahaan-perusahaan yang sebelumnya menampung plastik dan besi bekas untuk diekspor ke Tiongkok harus memutar otak. Untuk sementara, barangbara­ng tersebut distok di kontainer-kontainer dan tempat penampunga­n mereka.

Pemilik Pioneer Recycling di Oregon, AS, Steve Frank menyatakan bahwa dirinya berharap bisa mengekspor sampah ke Indonesia, India, Vietnam, dan Malaysia atau negara mana saja yang mau.

Untuk jangka panjang, Uni Eropa berencana memberlaku­kan pajak penggunaan plastik. Entah itu sebagai kantong belanjaan maupun pengemasan. Alasannya bukan hanya karena Tiongkok tak lagi mengimpor sampah, tapi juga untuk menjaga kebersihan laut.

Sampah plastik yang dibuang ke laut kerap menjadi penyebab kematian ikan, penyu, dan hewan laut lainnya. Sudah tidak terhitung berapa hewan laut yang tercekik sampah plastik.

Di Inggris Perdana Menteri Theresa May berjanji mengurangi sampah secara berkala selama 25 tahun.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia