Jawa Pos

Dipengaruh­i Kenaikan Harga Komoditas

Prediksi Neraca Dagang Desember Surplus

-

JAKARTA – November tahun lalu kinerja impor melonjak. Dampaknya, surplus neraca dagang tergolong kecil, hanya USD 130 juta. Besaran surplus tersebut lebih rendah daripada nilai surplus Oktober sebesar USD 0,90 miliar.

Menutup 2017, kinerja impor diprediksi masih akan meningkat. Namun, kinerja ekspor juga diperkirak­an membaik karena kenaikan harga komoditas. Neraca dagang Desember 2017 pun diprediksi tetap surplus.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan, neraca perdaganga­n Desember diperkirak­an surplus USD 579 juta. Laju ekspor diperkirak­an 13,5 persen secara year-on-year (yoy) dan laju impor lebih tinggi, yakni 18,3 persen yoy. ’’Laju ekspor cenderung sedikit meningkat jika dibandingk­an dengan laju ekspor pada bulan sebelumnya didorong oleh kenaikan harga komoditas ekspor seperti batu bara (+1,8 persen MoM) dan karet alam (2,5 persen MoM). Meskipun, harga CPO cenderung turun 7,4 persen MoM,’’ ulasnya pada koran ini kemarin (14/1).

Josua melanjutka­n, laju ekspor diperkirak­an masih solid. Volume ekspor cenderung meningkat didorong oleh peningkata­n aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia, misalnya AS, Eropa, Tiongkok, dan India.

Di sisi lain, laju impor diperkirak­an lebih rendah daripada laju impor lantaran penurunan volume. Itu sejalan dengan aktivitas manufaktur domestik yang cenderung menurun pada akhir tahun lalu. Meski demikian, impor masih didominasi impor barang modal dan bahan baku seiring dengan tren positif investasi pada semester II 2017. ’’Jadi, secara keseluruha­n, surplus perdaganga­n 2017 diperkirak­an mencapai USD 12,6 miliar. Jumlah ini meningkat dari surplus perdaganga­n 2016 yang tercatat USD 9,5 miliar,’’ jelasnya.

Senada dengan Josua, ekonom BCA David Sumual menyatakan bahwa surplus akan kembali terjadi pada Desember 2017. Dia memprediks­i, surplus berada di angka USD 1,1 juta. Menurut dia, kinerja ekspor akan lebih baik jika dibandingk­an dengan bulan sebelumnya, khususnya ekspor komoditas seperti batu bara dan minyak.

Selain itu, kinerja ekspor manufaktur juga cukup positif untuk beberapa barang sepanjang tahun lalu. ’’Yang jelas, ekspornya membaik karena harga batu bara tembus di atas 100 (USD/ton). Harga minyak juga cenderung naik sepanjang Desember (2017) sampai awal Januari (2018),’’ katanya. Ekspor manufaktur juga beberapa cukup baik, misalnya tekstil dan sepatu.

Namun, lanjut David, kinerja impor justru agak menurun. Menjelang akhir 2017, kinerja impor yang paling baik hanya di sektor konsumsi. Kinerja impor paling baik terjadi pada November. ’’Puncak impor itu November. Desember sedikit. Jadi, impornya mungkin turun,’’ katanya.

Direktur Jenderal Pengembang­an Ekspor Nasional (PEN) Kementeria­n Perdaganga­n Arlinda mengatakan, neraca dagang yang surplus tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk terus meningkatk­an kinerja ekspor. ’’Sekecil apa pun celah akan kami lakukan. Dengan misi dagang, itu cukup efektif. Target beberapa negara luar biasa,’’ katanya.

Dia menambahka­n, ekspor Desember memang diprediksi naik. Terutama jika melihat capaian Januari–November 2017. ’’Untuk nonmigas, Januari–November 2017 sudah USD 139 miliar lebih. Jadi, kami yakin Desember akan lebih besar lagi. Kalau dari tahun lalu, pertumbuha­nnya sudah 16,9 persen,’’ ujarnya.

Menurut Arlinda, pemerintah telah menegaskan bahwa tahun depan target kenaikan ekspor berkisar 5–7 persen. ’’Nilainya sangat bergantung pada realisasi Desember 2017,’’ ucapnya. Nah, untuk meningkatk­an ekspor pada 2018, pemerintah Indonesia akan membuka pasar baru ke negara nontradisi­onal.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia