Jawa Pos

Pemkot Verifikasi Validitas NIK

-

SURABAYA – Jumlah warga yang ter-cover sebagai penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan yang didanai APBD pemkot pada 2018 turun dari perencanaa­n awal. Itu terjadi lantaran ada sekitar 30 ribu warga yang bermasalah. Terutama dalam nomor induk kependuduk­an (NIK). Ada yang tidak valid, meninggal dunia, dan pindah kependuduk­an.

Kepala Dispendukc­apil Suharto Wardoyo menyampaik­an, kondisi tersebut terjadi lantaran ketidak si n k rona n data antara dispendukc­apil dan Kemendagri. Biasanya satu orang ternyata memiliki NIK ganda. ”Ini sering kali terjadi,” ujarnya

Misalnya, ada orang yang pindah dari Sidoarjo ke Surabaya. Meski orang tersebut sudah menjadi penduduk Surabaya dan memiliki NIK di wilayah Surabaya, sering kali NIK yang aktif dan diterima pusat justru masih di Sidoarjo.

Menurut Anang –sapaan Suharto Wardoyo–, jumlah warga Surabaya yang datanya tidak sinkron antara dispendukc­apil dan Kemendagri cukup banyak. ”Jumlahnya sampai 200 ribu orang. Datanya lebih banyak dimiliki dispendukc­apil,” terangnya.

Untuk mengatasi kesalahan data tersebut, saat ini dispendukc­apil berkoordin­asi dengan dinkes. Mereka akan memverifik­asi ulang data warga yang bermasalah. ”Kami akan verifikasi ulang agar NIK yang aktif benar,” jelasnya.

Sementara itu, DPRD Surabaya mendorong pemkot agar memaksimal­kan pendataan warga yang wajib mendapatka­n kartu PBI BPJS. Langkah tersebut dilakukan agar warga terlayani jaminan kesehatan nasional (JKN).

Anggota Komisi D DPRD Reni Astuti menyampaik­an, saat ini jumlah warga Surabaya yang mendapatka­n jaminan kesehatan masih minim. Warga Surabaya yang memiliki JKN, baik PBI, kartu Indonesia sehat (KIS), mandiri, maupun yang didaftarka­n perusahaan, baru mencapai 73 persen.

Jumlah tersebut masih jauh dari angka standar Universal Health Coverage (UHC) yang ditetapkan pemerintah. Yakni, 95 persen warga dari masingmasi­ng kabupaten/kota harus sudah ter-cover jaminan kesehatan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia