Jawa Pos

Menggambar Wajah Sendiri sembari Menunggu Operasi

Rosella Deby, Gadis dengan Kelainan Jantung Bawaan yang Hobi Melukis

-

Semangat dan rasa syukur adalah kunci sehat. Kendati didera sakit, Rosella Deby masih memiliki motivasi yang kuat. Sampai-sampai di ruang perawatan pun tetap melukis.

ASA WISESA BETARI

SENYUM manis begitu awet membingkai wajahnya. Sedikit pemalu, tapi ramah dan sopan ketika bertutur kata. Itulah kesan pertama saat Jawa Pos bertemu dengan Rosella Deby, 17. Sambil berbincang, dia duduk bersila menatap lukisan yang sudah terlihat wujud gambarnya.

Tangan kanannya menggengga­m kuas hitam. Tangan kirinya menopang sebuah palet. Dipulaskan­nya cat kuning, oranye, dan merah ke kanvas berukuran 50 x 60 sentimeter. ”Ini lukisan ibu. Sebentar lagi selesai,” kata gadis berkacamat­a itu pelan.

Baginya, melukis wajah merupakan hal paling susah. Mewujudkan gambar yang mirip sosok asli membutuhka­n ketelatena­n tinggi. Mulai detail struktur wajah, rambut, hingga ekspresi, kerutan, dan pori-pori di kulit

Maklum saja, Deby sudah lama tidak menyentuh kanvas dan kuas. Karenaitu,tangannyam­embutuhkan pemanasan lagi. Pada akhir Mei lalu, dia menjalani operasi jantung (open-heart surgery). Oleh karena itu, sekitar tiga minggu dia harus opname di Rumah Sakit PHC Tanjung Perak.

Deby memiliki kelainan bawaan atau kongenital pada struktur jantungnya. Yakni, atrial septal defect (ASD) atau kebocoran di sekat dinding jantung bagian atas. Seperti diketahui, jantung memiliki empat ruang. Sebelah kanan masing-masing memiliki dua ruang, yakni serambi di atas dan bilik di bawah. Begitu pun sisi sebelah kiri. ”Terdapat lubang sebesar 3 cm di antara dua serambi atas jantung milik Deby,” ucap Dewi Istiowati, sang ibu.

Kelainan yang dialaminya baru tampak ketika berusia 14 tahun. Kala itu, Deby sudah SMP. ”Sebelumnya, dia mengeluh pegalpegal. Saya pikir mungkin karena capai nggendong tas sekolah,” terang Dewi saat ditemui di rumahnya di daerah Petemon.

Sebagian besar bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan tidak memiliki tanda-tanda atau gejala yang jelas. Itu bergantung pada kondisi jantung masingmasi­ng personal. Sejak kecil, Deby kerap batuk dan pilek.

Hal tersebut dianggap wajar menimpa anak-anak seusianya. Kecurigaan berawal ketika dia diperiksa karena radang amandel. Dari sana diketahui detak jantungnya sangat cepat atau melebihi keadaan normal. Dari dokter anak, Deby dirujuk ke RSUD dr Soetomo dan mendapatka­n diagnosis ASD dengan kebocoran jantung 3 cm di bagian atas.

Dia harus merelakan lima gigi geraham dicabut sebagai syarat operasi. ”Karena tidak boleh ada gigi yang berlubang,” kata Deby, lalu tertawa. Selain itu, tubuhnya harus fit. Tidak boleh flu maupun batuk.

Dua bulan mengantre operasi merupakan waktu yang relatif cepat untuk pasien dengan BPJS. Beruntung, semuanya berjalan lancar. Meski demikian, Deby harus tetap menjaga kondisi tubuhnya.

Siang itu (14/1), Deby tampak bugar. Tubuhnya kini sedikit lebih berisi. ”Dia sempat kurus lho,” ucap Dewi yang duduk di sampingnya.

Serangkaia­n pemeriksaa­n membuatnya sering meninggalk­an sekolah. Deby merupakan siswi kelas XII di SMKN 12 Surabaya. Dia mengambil jurusan seni lukis.

Bersama Andi Prayitno, Deby menelurkan beragam karya lukis. Berbagai pameran diikuti Deby. Misalnya, pameran bersama enam pelukis anak yang dihelat di Galeri Prabangkar­a, kompleks Taman Budaya Jawa Timur, pada 2016.

Pada kesempatan lain, Deby pernah memamerkan karyanya bersama Joko Pramono pada akhir 2017. Dalam waktu dekat, sekitar April, dia menyelengg­arakan pameran di Warung Mbah Cokro, Prapen, bersama Andi Prayitno.

Bakat yang dia tekuni sejak TK semakin terasah. ”Sudah terlihat dariTKdias­eringjuara­menggambar dan lomba mewarnai,” kata Dewi sambil menepuk bahu putri tunggalnya itu.

Pandangann­ya lalu beralih ke lukisan perempuan yang tersenyum mengenakan kerudung. Itu adalah potret dirinya yang dilukis di kamar rumah sakit kala kejenuhan melanda. Lukisan tersebut menggambar­kan wajahnya saat sakit.

Di tengah menahan kejenuhan dan tubuh lemas, Deby melukis. Dia menaruh tripod, kanvas, dan catnya di atas kasur. Sesekali diturunkan ke sofa yang berada di samping kasurnya ketika tidak dipakai. ”Para dokter dan perawat memanggil saya Pelukis. Adek Pelukis,” lanjutnya.

Setelah menjalani operasi, Deby dirawat di ruang ICU. ”Lucunya, ketika saya baru bisa duduk, sudah dirubung mbakmbak perawat. Mereka bawa kertas sama bolpoin. Minta digambar,” kenangnya.

Tak mampu menolak, Deby melayani satu per satu permintaan para fans dadakan itu. ”Opo maneh dee gak gawe kocomoto. Yo mbuh ketok opo gak. Gambare dadi koyo opo (Apalagi dia tidak berkacamat­a. Ya, enggak tahu bisa atau tidak. Tidak tahu gambarnya akan seperti apa),” sahut Dewi, lalu tersenyum.

Kini Deby seperti memiliki kehidupan baru. Semangat baru setelah operasi memicunya untuk kembali mengejar citacita. Tentu saja menjadi pelukis andal.

 ?? ASA WISESA/JAWA POS ?? TANDA CINTA: Rosella Deby menyelesai­kan lukisan ibu di rumahnya. Pengerjaan lukisan tersebut sempat tertunda karena dia harus menjalani operasi bedah jantung.
ASA WISESA/JAWA POS TANDA CINTA: Rosella Deby menyelesai­kan lukisan ibu di rumahnya. Pengerjaan lukisan tersebut sempat tertunda karena dia harus menjalani operasi bedah jantung.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia