Jawa Pos

Belajar di Sela-Sela Keliling Isi Ulang Korek Api

Imam Syafi’i, Penulis Buku Panduan Membaca Alquran

-

Di lingkungan Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Sidoarjo, nama Imam Syafi’i bukan nama asing. Selain sebagai ketua, Imam menjadi penulis buku panduan membaca Alquran. Buku itu laris dan telah tersebar sampai ke pelosok Nusantara.

HASTI EDI SUDRAJAT

IMAM bergegas merapikan tumpukan buku ketika Jawa Pos ke rumahnya di Desa Kebonsari, Kecamatan Candi. Buku-buku itu karya Imam sendiri. Yakni, buku panduan membaca Alquran. Pada sampul buku tertulis At-Tartil. ’’Maknanya membaca Alquran dengan baik dan benar,” ujarnya membuka percakapan.

Buku tersebut disusun bersama dua temannya. Mereka adalah Fakhrudin Sholih dan Masykur Idris. ’’Metode belajarnya sama dengan cara Malaikat Jibril saat mengajari Rasulullah membaca Alquran. Guru memberi contoh, murid menirukan,” paparnya.

Buku itu sudah beredar luas di pasaran. Banyak pengajar Alquran yang memakainya sebagai panduan. Tidak hanya di wilayah Sidoarjo, tetapi juga di luar daerah. ’’Mulai menyusun buku pada 1996,” katanya.

Masa kecil Imam memang banyak dihabiskan di lingkungan agama. Sejak kecil, dia dan lima saudaranya menimba ilmu di madrasah. ’’Bapak itu seorang guru ngaji di surau kampung. Nah, beliau ingin anak-anaknya paham agama,” jelasnya.

Dulu, lanjut dia, sistem pembelajar­an Alquran masih menggunaka­n sistem Al Baghdadi. Buku panduannya terdiri atas satu jilid. Masyarakat biasa menyebutny­a turutan. Isinya beberapa tahapan belajar membaca Alquran. Mulai mengenal huruf hijaiah, tanda baca, hingga huruf sambung. ’’Itu medio 80-an,” kenangnya.

Beberapa tahun berselang, metode pengajaran lain mulai berkembang. Yang paling booming adalah sistem Iqra’ karya KH As’ad Humam. ’’Banyak yang jual bukunya di pasaran,” ujarnya.

Lalu, waktu berjalan, kemudian berkembang metode Qiroati. Metode yang dikenalkan KH Dachlan Salim Zarkasyi tersebut, menurut dia, lebih mudah dipahami. Sebab, buku panduannya terdiri atas enam jilid berbeda. ’’Di sela-sela sekolah saya ikut membantu bapak mengajar di surau. Jadi, tahu perkembang­an metode pengajaran,” kata Imam.

Imam pun sempat mengikuti pelatihan menjadi pengajar Alquran dengan metode Qiroati. Dia merasa jatuh hati karena pendidikny­a benarbenar disiapkan dengan matang. ’’Ada ujian kompetensi­nya. Jadi, kualitas pengajar benarbenar diuji,” jelas pria kelahiran 1969 itu. Menjadi pengajar Alquran, lanjut dia, merupakan tantangan tersendiri. Dia merasa memiliki kewajiban untuk terus memperbany­ak jumlah murid. Dorongan itulah yang membuat Imam mendirikan TPQ As-Syafiiyah pada 1992. Imam pun harus bisa membagi waktu. Mendidik murid-murid pada siang sampai sore, malam bapak empat anak itu berkuliah di universita­s swasta di Surabaya. ’’Waktu istirahat otomatis berkurang karena pagi sampai siang harus bekerja,” ungkapnya.

Setelah subuh, dulu Imam harus keluar rumah dengan mengendara­i sepeda pancal. Imam keliling dari desa ke desa untuk menawarkan jasa pengisian ulang korek api. Rutinitas itu dijalani setiap hari. Jarak tempuh puluhan kilometer. ’’Biasanya yang butuh memang orangorang di wilayah perbatasan. Jabon, Porong, atau Krembung,” paparnya.

Di sela-sela menawarkan jasa isi korek, Imam selalu membawa buku agama. Dia membacanya ketika sedang beristirah­at di suatu tempat. ’’Buku pinjam. Belajar bisa dilakukan di mana saja kalau memang mau,” lanjutnya.

Pertemuan dengan Fakhrudin dan Masykur terjadi pada 1996. Lalu, ketiganya kompak membuat buku panduan belajar Alquran dengan sistem At-Tartil. Inspirasin­ya berasal dari metode Qiroati yang sama-sama pernah dipelajari. ’’Fokus kami adalah 3M. Mendengar, menirukan, dan melihat,” jelasnya.

Buku panduan karyanya sudah diuji sejumlah kiai sepuh. Karena permintaan terus meningkat, dia sampai kewalahan menerima pesanan. Di sisi lain, dia bersyukur karyanya mendapat sambutan positif. ’’Pernah kirim buku ke Sumatera, Kalimantan, dan Papua,” ujarnya.

 ?? HASTI EDI SUDRAJAT/JAWA POS ?? MEMPERMUDA­H: Imam Syafi’i menunjukka­n buku panduan membaca Alquran yang disusun bersama Fakhrudin Sholih dan Masykur Idris.
HASTI EDI SUDRAJAT/JAWA POS MEMPERMUDA­H: Imam Syafi’i menunjukka­n buku panduan membaca Alquran yang disusun bersama Fakhrudin Sholih dan Masykur Idris.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia