Jawa Pos

Sejoli Remaja Dirampok Tiga Begal

Lolos berkat Jarum Pentul dari Jilbab

-

GRESIK – Mana jalan yang aman dan mana yang tidak aman? Penjahat jalanan bisa beraksi mendadak di mana saja. Rabu malam (17/1), kawanan rampok menyerang dua remaja di jalan Desa Tanggulrej­o, Kecamatan Manyar.

Mereka adalah Muhammad Ihya’ Ulumuddin dan Evi Taswirul Zulfi. Keduanya sedang berbonceng­an motor di kawasan tambak desa. ’’Baru pulang dari nonton orkes (dangdut, Red),’’ kata Ihya’ di rumahnya kemarin (18/1).

Pemuda 22 tahun tersebut mengatakan, kondisi jalan di perbatasan Kabupaten Gresik dan Lamongan itu memang sepi. Nyaris tidak ada orang yang melintas. Lokasi kejadian berjarak 300 meter dari perkampung­an warga.

Mereka melewati jalan tersebut sekitar pukul 23.00. Ihya’ membonceng­kan Evi dengan Honda Beat. Setiba di kawasan tambak, Ihya’ dan Evi tiba-tiba dihadang tiga orang tak dikenal. Mereka berdiri di tengah jalan.

Ihya’ dan Evi diminta berhenti. Keduanya dibawa ke tengah lahan kosong di sekitar area tambak. Begitu turun dari motor, leher Ihya’ langsung dicekik. ’’Saya sampai roboh (tiduran di tanah, Red),’’ ungkap Ihya.’

Pemuda 22 tahun itu mengaku tidak bisa melawan. Setiap kali Ihya’ bangun, salah seorang penjahat memukul wajahnya. Satu orang lagi menahan Evi. ’’Mereka merampas gelang dan cincin saya,’’ ucap Evi.

Gadis 22 tahun tersebut juga diminta membuka jilbabnya. Evi takut sekali. Dia mengira para pelaku berniat bejat terhadap dirinya. Ternyata, Evi dipaksa melepas kalung emas di lehernya. Tentu saja Evi menolak. Dia purapura melepas jarum pentul di kerudung, lantas menancapka­nnya ke tangan seorang pelaku. Penjahat itu pun berteriak kesakitan.

’’Saya kabur ke jalan minta tolong,’’ ujar Evi. Saat itu, ada seorang pengendara motor yang melintas. Namun, teriakan Evi tidak dihiraukan. Meski begitu, teriakanny­a ampuh. Para penjahat kalang kabut melihat Evi berhasil melarikan diri ke jalan.

Untung, ada orang lain yang melihat kejadian tersebut. Warga berdatanga­n. Para bandit itu cepatcepat kabur ke tengah tambak. Ihya’ dan Evi bergegas pulang. ’’Ya Allah, untung motor tidak sampai diambil,’’ tutur Ihya.’

Ihya’ langsung menggedor pintu rumahnya. Dia panik. ’’Tolong, Pak, aku mari dibegal. Katene dipateni (tolong Pak, saya habis dibegal. Mau dibunuh, Red),’’ kata Ihya’ kepada Suyono, ayahnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia