Benoit Bavouset Keliling Cagar Budaya
SURABAYA – Telapak tangan Benoit Bavouset, direktur Institute Francais Indonesia (IFI) yang baru, terlihat hitam pekat. Dia baru saja turun dari Menara Pengawas Syahbandar Tanjung Perak, Surabaya. Meski harus berkotor-kotor saat menaiki tangga berdebu, pria 47 tahun itu tetap tersenyum lebar.
Menurut dia, pengalaman yang diterima saat kali pertama melakukan safari Surabaya sangat membekas. Dengan bantuan Dhahana Adi Pungkas, pegiat sejarah, dia berhasil melihat salah satu cagar budaya yang tersembunyi di Kota Pahlawan. ’’Saya dengar di sini tidak bisa sem- barang orang masuk. Saya senang sekali ternyata pihak syahbandar sangat ramah menyambut saya,’’ ujarnya kemarin (18/1).
Ipung, panggilan akrab Dhahana Adi Pungkas, mengatakan bahwa bangunan yang berdiri pada awal abad ke-20 itu menjadi penanda keperkasaan Surabaya sebagai kota maritim. ’’Bangunan ini dianggap sangat penting saat zaman kolonial. Dibuat untuk mengawasi aktivitas militer di wilayah sekitar,’’ jelasnya.
Hari itu, Bavouset berkeliling wilayah Pelabuhan sebagai permulaannya belajar soal Surabaya. Dia mengajak stafnya, Pauline Ferte, serta fotografer asal Prancis Erell Hemmer. Dia ingin mengetahui lebih banyak terkait peran maritim dalam Kota Surabaya. ’’Saya sudah di sini (Surabaya) sejak November. Tapi, belum sekali pun saya melihat lautan. Padahal, saya diberi tahu bahwa Surabaya termasuk kota pelabuhan,’’ ungkapnya.
Sejak pukul 10.00 dia menjelajah wilayah Tanjung Perak. Mulai tempat wisata seperti Surabaya North Quay hingga wilayah perkantoran Bea Cukai Surabaya.