Jawa Pos

Dava Bertahan dengan Perut Terbuka

Orang Tua Bocah Omphalocel­e Pilih Berobat Alternatif

-

SIDOARJO – Rambut Dava Andhika Putra masih basah. Pada wajahnya ada beberapa buliran air yang belum tersapu bersih oleh handuk. Kemarin (18/1), saat beberapa orang tiba di kos orang tuanya di daerah Masangan Wetan, Sukodono, bocah 12 tahun itu baru saja menuntaska­n mandi.

Begitu handuk dilepas, tampak bagian perutnya yang terbuka. Sebagian ususnya terlihat jelas. Dava sama sekali tidak merintih. Ketika ibunya, Mike Hermawati, membersihk­an perutnya, putra sulung tiga bersaudara itu pun hanya terdiam.

Mike mengeringk­an perut putranya dengan menggunaka­n tisu agar tidak ada air di bagian tersebut. Kemudian, perempuan 35 tahun itu meletakkan kasa steril pada perut yang terlihat ususnya tersebut. Tidak seluruh bagian tertutupi kasa. Mike memotong satu bagian kasa menjadi dua untuk menghemat. Harga kasa cukup mahal bagi Mike dan suaminya, Andi. Di atas kasa, ditaruh kapas yang direkatkan dengan plester. ”Ada (usus) yang bocor sehingga merembes,” kata Andi. Memang, rembesan itu terjadi. Sekitar dua jam setelah kapas dipasang, beberapa bagian tampak basah. Bagian yang basah itu juga mengenai kaus dalam yang dikenakan Dava. ”Rembesanny­a tidak seberapa banyak. Ukuran perut yang terbuka mulai mengecil,” lanjutnya.

Sejak lahir, pada 23 Maret 2006, bocah yang senang sepak bola itu sering berhubunga­n dengan rumah sakit. Sebab, dokter menyatakan Dava mengalami omphalocel­e. Itu adalah kelainan sejak lahir dengan kondisi usus bayi atau organ perut yang lain berada di luar tubuh karena terdapat lubang di daerah pusar.

”Pertama itu kecil (yang menonjol),” kata laki-laki 37 tahun tersebut. Kala itu, dokter menyatakan jika tidak dioperasi, usus yang menonjol ikut membesar. Saat berusia 1 tahun, Dava dioperasi di salah satu rumah sakit di Surabaya. Kala itu, ukuran usus yang menonjol sudah sebesar genggaman tangan orang dewasa.

Setelah Dava dioperasi, Andi dan Mike bisa bernapas lega. Sebab, tak ada lagi usus Dava yang keluar dari perutnya. Tapi, kelegaan itu tidak bertahan lama. Sekitar tiga hingga lima bulan kemudian, perut Dava membesar. Bagian perut belum menutup sempurna. Kondisi tersebut berlangsun­g hingga saat ini.

Sejak saat itu, Andi dan Mike sepakat untuk merawat Dava sendiri. Mereka memilih berobat alternatif. ”Saya tidak akan menuntut siapa pun. Kami hanya berharap Dava segera sembuh,” ucap Andi. Dia dan keluarga sudah ikhlas dengan kondisi anak sulungnya.

Sekarang banyak yang peduli pada siswa kelas VI itu. Banyak pihak yang memberikan bantuan dan dukungan. Dava tetap ceria dan bersemanga­t. ”Senang sepedaan, sepak bola. Kalau sore ngaji,” ucapnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia