Tahun Tepat Menguji Kandidat
ANGKA-angka itu berseliweran di depan kita. Biaya saksi sekian miliar. ’’Mahar’’ politik pun, konon, demikian. Itu belum bicara, misalnya, ongkos sosialisasi dan kampanye.
Padahal, ada 171 pemilihan kepala daerah (pilkada) yang bakal dihelat pada tahun ini. Bisa dibayangkan berapa triliun (atau biliun?) uang yang akan berputar selama hajatan besar itu.
Apa boleh buat, itulah konsekuensi kita memilih jalan demokrasi. Merawat kebebasan memilih pemimpin, yang merupakan bagian dari narasi besar kebebasan berpendapat atau bersuara, memang butuh biaya. Yang tidak sedikit.
Persoalannya sekarang, bagaimana agar semua angka yang tak terbayangkan dalam keseharian kebanyakan di antara kita itu tidak sia-sia? Bagaimana agar pencarian pemimpin di level provinsi, kabupaten, dan kota ini benar-benar menghasilkan sosok terbaik?
Salah satu cara, barangkali, mengedepankan dulu rasionalitas. Mari memilih kandidat tidak dengan ’’kacamata kuda’’. Asal dia sepuak, asal dia ’’one of us’’.
Kita tahu, tiap calon bakal ’’jual kecap’.’ Semua program yang ditawarkan terlihat bagus. Tapi, kita juga tahu, kerap kali mengawang di atas sana. Tidak membumi.
Coba kontraskanlah dengan realitas yang ada. Kalau ada kandidat yang, misalnya, menjanjikan ’’pembinaan generasi muda’’, apa langkah mereka untuk mengatasi persoalan narkoba?
Narkoba, Anda tahu, demikian mengkhawatirkan. Rabu lalu (17/1), misalnya, ada jutaan pil koplo yang dirazia polisi di Sidoarjo. Pada saat yang sama, ada pabrik ekstasi di Tangerang yang juga berhasil diungkap.
Dan, semua persoalan itu tak akan selesai dengan hanya melakukan ’’pembinaan generasi muda’.’ Kita butuh pemimpin yang punya cetak biru jelas tentang apa yang dilakukannya.
Begitu pula di sektor-sektor lain. Kalau ada kandidat yang berjanji ’’meningkatkan kesejahteraan rakyat’’, coba disimak cara apa yang akan dia ambil untuk menstabilkan harga beras? Apa yang dia tawarkan untuk menekan pengangguran?
Ini tahun politik. Jangan sampai hajatan demokrasi ini hanya ramai oleh fantastisnya uang yang beredar. Semua janji yang diobral para kandidat harus diuji. Agar dari perhelatan politik serentak pada 27 Juni mendatang itu bisa lahir pemimpin yang bisa, mengutip Superman Is Dead dalam Sunset di Tanah Anarki, ’’rasakan perih di dunia bersamamu’.’