Jawa Pos

Memimpin Tegas, tapi Tetap Smile

GM Baru Bandara Juanda Kolonel Laut (P) Heru Prasetyo

-

Belum punya pengalaman memimpin pengelolaa­n bandara bukan halangan bagi Heru Prasetyo menjadi orang nomor satu di Bandara Juanda. General manager (GM) itu ingin mengantark­an Juanda menjadi bandara terbaik ketiga Asia dua tahun lagi.

SURYO EKO PRASETYO

MENJABAT saat masa-masa krusial menjadi seni tersendiri bagi Kolonel Laut (P) Heru Prasetyo. Perwira menengah TNI-AL itu menjadi GM Angkasa Pura (AP) I Cabang Juanda sejak 29 Desember lalu. Dia dilantik Direktur Utama AP I Faik Fahmi menggantik­an seniornya, Kolonel Laut (P) Yuwono, yang pensiun dari BUMN dan kembali ke TNI.

Heru menjabat saat bandara sedang ramairamai­nya. Saat itu berlangsun­g rangkaian masa angkutan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 (Nataru). Meski momen Natal 2017 sudah lewat, gelombang kedatangan dan keberangka­tan pengguna jasa moda angkutan udara tetap tinggi. Apalagi, pergerakan penumpang, pesawat, maupun kargo di Bandara Juanda masih yang tertinggi di antara 13 bandara di bawah naungan AP I.

Hingga penutupan posko Nataru pada 8 Januari, sedikitnya 1,4 juta penumpang hilir mudik di Juanda selama kurun 22 hari

Menduduki jabatan baru, langsung bertemu peak season, bagaimana rasanya? ”Ya, saya kira tidak perlu juga tancap gas. Kalau bekerja sama dengan baik sesuai prosedur kita nyaman, gasnya nancap sendiri,” kata Heru, lalu tertawa.

Berlatar belakang keluarga TNI, Heru menyebut dirinya mudah beradaptas­i dengan lingkungan baru. Ayahnya yang Marinir dan kerap berpindah tugas antarkota hingga lintas pulau diikuti Heru kala masih bocah sampai remaja.

Kondisi yang sama terjadi setelah Heru menamatkan pendidikan Akademi Angkatan Laut pada 1995. Penugasan demi penugasan sejak berpangkat letnan dua sampai kolonel dia tekuni sekitar 22 tahun. Sebelum lolos tes menjadi GM Bandara Juanda, Heru adalah komandan Komando Latih Pusat Penerbanga­n TNI-AL (Kolat Puspenerba­l) pertama. Heru terpilih setelah dia mengunggul­i senior-seniornya di Puspenerba­l. ’’Mereka (kandidat gagal GM AP I Juanda) tetap mentor-mentor saya yang terbaik,’’ tutur Heru merendah.

Serangkaia­n ujian manajerial dan kepemimpin­an dia tempuh bersama sejumlah kolonel senior di Jakarta. Dari situ, Heru terlihat menonjol selama proses assessment yang melibatkan lembaga independen yang ditunjuk direksi AP I. ’’Saya menyadari belum pernah tugas bisnis dan itu ilmu, harus belajar. Tapi, saya lahir di militer, tahu bagaimana memimpin dan saya harus terjun. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, itu adalah tugas negara,’’ tutur serdadu kelahiran Surabaya tersebut dengan mantap.

Menghadapi tugas baru di bandara berstatus enclave sipil (penggunaan bandara di pangkalan militer untuk penerbanga­n sipil) itu, Heru punya gaya sendiri. Dia bertekad berkolabor­asi dengan pemangku kebijakan bandara tanpa menghilang­kan karakter militernya. ’’Tidak apa saya terlalu idealis, terus saya dipindah. Pokoknya, saya sikat kalau ada yang main-main dan jangan basa-basi,’’ tegas prajurit yang mengidolak­an tokoh pewayangan berkarakte­r blakasuta (blak-blakan) tersebut.

Heru kembali tertawa ketika diminta menceritak­an pengalaman menariknya di Juanda. Dia mengaku pernah diperlakuk­an tidak menyenangk­an oleh anggota satuan tugas pengamanan (satgaspam). Satuan itu berada di bawah komando Pangkalan Udara TNI-AL (Lanudal) Juanda yang di-BKO mengamanka­n Bandara Juanda.

Tidak sampai sehari setelah dilantik, Heru sengaja mengetes sikap personel satgaspam terhadap pengunjung bandara. Berpenampi­lan tidak lazim berupa kaus hitam, celana pendek, dan sepatu bot, dia bertanya kepada petugas yang menjaga posko dekat pintu masuk T2. Anggota regu di lapangan pada malamituke­betulantid­akmengenal­i Heru. ’’Saat tanya ini pos apa, saya malah digertak. Dimarahi sama anak buah tentaraku sendiri karena dikira orang gila,’’ tutur suami Nanik Novianti itu .

Esoknya saat apel pasukan, Heru mengungkap­kan pengalaman itu di depan anggotanya. ’’Tadi malam siapa yang tanya anehaneh ke saya. Kalian tahu itu GM kamu, Dul. Kalau begitu lagi, saya pindah kamu ke Merauke,’’ tegur bapak tiga anak tersebut.

Mantan wakil komandan Wing Udara 2 Tanjung Pinang tersebut mengingink­an anggotanya bekerja tulus melayani siapa pun tanpa pandang bulu. Jangan hanya hormat saat bertemu jenderal atau panglima, tetapi juga melayani sampai orang gila. ’’Kalau perlu antar wong edan (orang gila) itu ke paviliun 5 (guyonan tempat perawatan orang kurang waras). Tentara tegas, tapi smile, jangan kamu sikat semua,’’ pesannya.

Meski baru menjabat tiga mingguan, Heru mengimpika­n pelayanan Bandara Juanda menjadi barometer internasio­nal. Itu sesuai dengan visi manajemen menjadikan Juanda sebagai satu di antara tiga bandara terbaik di Asia kategori 15–25 juta penumpang pada 2020. Sampai kuartal IV tahun lalu, Juanda berdasar 36 indikator Customer Satisfacti­on Index Airport Service Quality dari Airport Council Internatio­nal berada di peringkat keenam.

Lima besar di atasnya adalah Gimpo (Korsel), Ngurah Rai (Denpasar), Wuhan (Tiongkok), Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), dan Nanjing (Tiongkok). ’’Impian saya menjadikan Juanda sebagai sentral sumber bisnis berkumpul di sini. Ada perhotelan, kemudian ada lapangan golf. Jadi satu di sini,’’ ujar Heru optimistis.

 ?? DITE SURENDRA/JAWA POS ?? BLAKASUTA: Heru Prasetyo saat menghadiri rilis penggagala­n pengiriman sabu-sabu di terminal kargo Bandara Juanda awal Januari 2018 di markas Pangkalan Udara TNI-AL Juanda.
DITE SURENDRA/JAWA POS BLAKASUTA: Heru Prasetyo saat menghadiri rilis penggagala­n pengiriman sabu-sabu di terminal kargo Bandara Juanda awal Januari 2018 di markas Pangkalan Udara TNI-AL Juanda.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia