Pelesiran setelah 17 Tahun Disekap
Dua Anak Gadis yang Dilarang Keluar Rumah oleh Ibu
GRESIK – Mawar, 18, dan Melati, 14, (samaran) bak burung yang baru bebas dari sangkarnya. Dua gadis asal Desa/Kecamatan Kedamean tersebut diajak pelesiran kemarin (19/1). Itu kali pertama mereka bebas setelah sekitar belasan tahun dikurung sang ibu yang mengalami gangguan jiwa.
Selama sekitar 17 tahun, dua gadis anak pasangan Liadi, 58, dan Nasiyah, 50, itu hanya tinggal di rumah. Ibu dua gadis yang berkulit bersih dan berambut sepunggung tersebut melarang putrinya berinteraksi dengan masyarakat. Bahkan, karena begitu ketatnya proteksi, Mawar dan Melati tidak pernah mengenyam pendidikan formal di sekolah.
Kemarin (19/1), sehari setelah Nasiyah dievakuasi ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya, Mawar-Melati bisa menghirup udara bebas. Kabarnya, mereka diajak pelesiran oleh sanak kerabat.
Kasi Pelayanan Desa/Kecamatan Kedamean Sa’i menyatakan, Mawar-Melati senang sekali diajak jalan-jalan ke rumah para kerabatnya. Sa’i tidak mau menyebutkan keberadaan rumah kerabat dua gadis itu. ”Mereka (senang) karena bisa jalan-jalan,” kata Sa’i, lantas tersenyum.
Dia mengaku prihatin dengan kondisi dua gadis tersebut. Selama ini, keduanya dilarang bergaul dengan tetangga. Bahkan, sekolah pun tidak boleh. MawarMelati tidak tahu arah dan tidak kenal tempat-tempat dekat sekalipun. Ibaratnya, jika dilepas keluar rumah tanpa didampingi, mereka bakal tidak bisa pulang. ”Karena puluhan tahun tidak pernah keluar rumah,” ungkap Sa’i.
Sebagaimana diberitakan, tim gabungan dinas sosial (dinsos), TNI, Polri, dan Kecamatan Kedamean mengevakasi Nasiyah. Ibu empat anak itu dievakuasi karena mengalami gangguan jiwa akut. Dia melarang dua anak gadisnya keluar rumah. Mawar-Melati tidak pernah sekolah. Keduanya bisa membaca dan menulis berkat ”les privat” yang dilakukan sembunyi-sembunyi oleh kerabatnya. Biasanya saat malam.
Staf Jumali Sapta Agung, pekerja sosial dan perlindungan anak dari Kementerian Sosial (Kemensos), berharap nasib yang menimpa Mawar-Melati tidak terjadi kepada anak-anak lain. Mereka lahir di era mileneal. Tapi, akibat kungkungan orang tua, mereka tidak bisa berinteraksi dengan teman sebaya maupun tetangga. ”Semoga masyarakat semakin peduli,” ungkapnya.
Kemarin, Jumali berencana menemui dua gadis tersebut. Tapi, dia gagal. Sebab, MawarMelati sedang berada di rumah kerabatnya. ”Saya bahagia karena mereka diajak kerabat berinteraksi dengan orang lain,” kata lelaki murah senyum itu.