Gempa Susulan Mencapai 53 Kali
Perairan Selatan Banten Diguncang Lagi
JAKARTA – Sesar di lepas pantai selatan Banten hingga kemarin (26/1) belum tenang. Pukul 11.48 WIB, gempa kembali mengguncang dengan kekuatan 5,1 skala Richter (SR). Episentrum gempa terletak 72 kilometer (km) di barat daya Kabupaten Lebak pada kedalaman 26 km.
Sorenya, gempa kembali terjadi di wilayah Indonesia. Tepatnya di 106 km sebelah barat laut Halmahera Selatan dengan kekuatan 5,4 SR. BMKG mencatat, 53 kali gempa susulan terjadi sejak gempa 6,4 SR di Banten Selasa (23/1)
Magnitudo dan kedalaman gempa bervariasi. Skala getaran yang dirasakan di Lebak, Tangerang, Jakarta, hingga Bogor relatif kecil, yakni II hingga III MMI.
”Secara umum, kekuatan gempa meluruh dan melemah. Frekuensi kejadiannya pun semakin jarang,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono kemarin.
Sementara itu, jumlah kerusakan di Banten sejak gempa Selasa lalu terus naik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa sudah ada 2.760 rumah yang rusak. Tersebar di 73 kecamatan dalam 9 kabupaten/kota pada 3 provinsi (Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta).
Satu orang dipastikan meninggal dunia akibat gempa, yaitu Nana Karyana, 40. ”Saat gempa korban sedang memperbaiki atap genting rumah. Dia kaget dan jatuh, kemudian pingsan dan akhirnya meninggal dunia,” kata Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Sementara itu, korban luka berjumlah sebelas orang. Dengan perincian 7 orang luka berat dan 4 luka ringan. Rumah yang rusak terdiri atas 291 yang mengalami rusak berat, 575 rusak sedang, dan 1.894 rusak ringan. ”Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak yang paling parah. Karena dekat dengan pusat gempa,” katanya. Selain rumah, ada 7 unit fasilitas peribadatan, 2 unit fasilitas kesehatan, 17 unit fasilitas pendidikan, 6 unit kantor/gedung pemerintahan, dan 63 unit fasilitas umum yang rusak akibat gempa.
Sutopo menjelaskan, hingga saat ini pendataan masih dilakukan BPBD Provinsi Banten. Data masih terus diverifikasi sampai detail (by name by address). ”Kerusakan diperkirakan bertambah. Kerugian diperkirakan ratusan miliar rupiah,” katanya.
Bupati Lebak, Banten, telah menetapkan surat keputusan status tanggap darurat penanganan gempa di Kabupaten Lebak yang berlaku 14 hari sejak Selasa (23/1). BNPB sendiri telah menyalurkan bantuan logistik senilai Rp 302,9 juta kepada BPBD Lebak.
Bantuan berupa 25 paket sandang, 20 lembar tenda gulung, 3.000 lembar karung plastik, 5 lembar kantong mayat, 300 paket perlengkapan sekolah, 160 paket perlengkapan makan, 140paket rekreasional, 40 paket peralatan dapur keluarga, 45 paket kidsware, 10 paket family kit, dan 10 paket kesehatan keluarga. Juga bantuan satu unit mobil gardan dobel untuk operasi BPBD.
Indonesia Kekurangan Sensor Gempa Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa Indonesia masih kekurangan sensor gempa. Saat ini di seluruh wilayah Indonesia hanya ada 170 sensor gempa. ”Yang masih belum dapat itu Indonesia Timur di Papua. Kan mereka harus dilindungi, tak hanya di Jawa,” ujar dia di kantor BMKG kemarin.
Dwikorita membandingkan dengan Jepang yang memiliki sensor gempa lebih dari seribu unit. Padahal, wilayah Jepang hanya seluas Jawa Barat. ”Ya, Indonesia 6 juta kilometer persegi, sensor gempanya hanya 170,” ungkap Rita, sapaan akrabnya. BMKG sedang mengupayakan penambahan sensor tersebut.
Lebih lanjut, Rita membeberkan bahwa setiap tahun rata-rata jumlah gempa lebih dari 2 ribu kali. Tapi, yang memiliki amplitudo atau kekuatan lebih dari 5 SR sekitar 360 kali di seluruh Indonesia. ”Jadi, hampir tiap hari gempa,” tambah dia.
Kesiapan infrastruktur untuk menghadapi bencana alam, termasuk gempa, juga perlu mendapatkan perhatian. Rita menuturkan, infrastruktur jalan juga tak luput dari potensi kerusakan akibat gempa. Di antaranya di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, dan trans-Sulawesi.
”Kerentanannya itu terjadi karena di jalur-jalur gempa tadi. Tapi, di mana pun di Indonesia itu kita hampir tidak bisa menghindar dari gempa. Cuma gimana caranya saat gempa itu aman. Itu yang kita jaga,” tutur mantan rektor Universitas Gadjah Mada tersebut.