Kemasan Produk Pengaruhi Penurunan Ekspor
SURABAYA – Perdagangan ekspor-impor Indonesia sedang menunjukkan tren penurunan. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Desember 2017, total ekspor Indonesia mencapai USD 14,79 miliar atau turun 3,45 persen dari bulan sebelumnya. Sementara itu, impor tercatat USD 15,06 miliar atau turun 0,29 persen.
Kondisi serupa terjadi di Jawa Timur. BPS Jatim menyebutkan, pada Desember 2017, nilai ekspor Jatim turun 12,29 persen. Yakni, menjadi USD 1,55 miliar dari capaian bulan sebelumnya USD 1,77 miliar.
Ketua Komite Tetap Kamar Da- gang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Multilateral dan Free Trade Agreement (FTA) Wahyuni Bahar menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang membuat ekspor Indonesia menurun. Misalnya, kualitas kemasan produk Indonesia yang kalah jauh jika dibandingkan dengan negara-negara pesaing. ”Memang, yang utama itu mengenai packaging. Banyak pengusaha Indonesia yang ekspor. Tapi, barangnya ditolak karena kemasannya tidak sesuai standar internasional,” ungkapnya di sela-sela sosialisasi perundingan perdagangan internasional (FTA) di Surabaya kemarin (26/1). and transfer).
Selama ini, aturan tersebut sering menjadi sasaran kritik para pengusaha yang enggan menggunakan skema BOOT. Skema itu dianggap merugikan pengusaha lantaran tidak memberikan peluang bagi pengembang listrik untuk menggadaikan aset. Pengembang swasta pun sulit mencari penjamin. ”Permen 50 nggak akan dihapus. Kecuali, masyarakat mendukung tarif listrik naik secara harga pasar,” tegasnya.
Saat ini Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM melakukan deregulasi kelistrikan secara bertahap. Ada 19 regulasi