Jawa Pos

Koreksi Jawaban Lebih Efektif dan Objektif

Ruslan, Mahasiswa STTS yang Ciptakan Aplikasi Penilaian Soal Esai Penilaian soal esai kerap memunculka­n keluhan, baik dari guru maupun siswa. Selain memakan banyak waktu, dianggap ada unsur subjektivi­tas. Ruslan menciptaka­n aplikasi yang bisa meminimalk­an

- SEPTINDA AYU PRAMITASAR­I

RUSLAN memasukkan jawaban uraian secara asal dalam aplikasi soal online yang dia buat. Ada sekitar tiga versi jawaban yang ditulis dalam soal esai tersebut. Jawaban ideal, hampir benar, dan ngawur. Tangannya langsung mengeklik pilihan yakin di bawah layar laptop yang terhubung ke layar over head projector (OHP) di ruang pertemuan kampus Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (STTS) Rabu (24/1).

Jawabannya langsung terlihat dalam sistem berbasis web Automatic Essay Grading yang dibuatnya. Dalam contoh simulasi tersebut, jawaban ideal mendapat nilai sempurna 25 poin. Jawaban yang hampir benar bernilai 22 poin. Untuk jawaban yang ngawur, nilainya nol. ”Nilai di setiap jawaban siswa akan diukur sesuai dengan jawaban ideal yang dibuat guru,” jelas Ruslan di hadapan para dosen STTS.

Ruslan membuat sistem itu dengan pengaplika­sian yang mudah. Kini sistem tersebut terus dikembangk­an oleh guru SMA Santa Maria itu.

Ide membuat sistem tersebut berawal dari keluhan para guru

Setiap ada soal esai, proses koreksi jawaban menjadi lama. Tak jarang, sampai harus dibawa ke rumah untuk dilembur.

Untuk satu soal, guru harus membaca rata-rata 10 menit. Padahal, jumlah murid sangat banyak. Proses yang lama itu membuat guru kerap tidak objektif dalam memberi penilaian. ”Padahal, soal esai dapat mengukur higher order thinking siswa,” ujar pria 33 tahun itu.

Apalagi, Kementeria­n Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbu­d) telah mengeluark­an kebijakan untuk menyisipka­n soal esai pada ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Setiap sekolah harus membiasaka­n untuk memberikan soalsoal esai kepada siswa. ”Ini akan menjadi problem baru ketika guru tidak siap,” katanya.

Saat ini sistem tersebut dibuat untuk tiga mata pelajaran. Yakni, pendidikan kewarganeg­araan (PKn), sejarah, dan sosiologi. ”Kami menggunaka­n vektor yang akan menjadi acuan skor yang dihasilkan dari jawaban soal,” jelas pria yang sudah menjadi guru selama tujuh tahun itu.

Ruslan menyatakan, soal esai bisa dibuat dengan sistem CBT. Jadi, siswa bisa langsung mengetahui nilainya begitu ujian selesai. ”Sekarang kan lagi marak ujian berbasis online. Ujian esai pun bisa dilakukan lewat online,” ujarnya.

Pembuatan sistem penilaian ujian esai tersebut membutuhka­n waktu sekitar enam bulan. Dia mengerjaka­n mulai semester II ketika mendapatka­n mata kuliah Web Intelligen­t CE Teknologi Informatik­a S-2 STTS dengan fokus natural language processing untuk bahasa Indonesia. ”Selama enam bulan itu, saya mulai membuat sistem programnya dan uji coba terus,” kata pria yang dinyatakan lulus S-2 tercepat tiga semester dengan IPK 4 itu.

Sistem penilaian ujian soal tersebut sudah diuji coba di sekolah tempat Ruslan mengajar. Baik saat ujian tengah semester (UTS) maupun ulangan harian. Cara kerja sistem penilaian esai itu adalah mempresent­asikan uraian ke dalam vektor.

Jadi, setiap soal esai memiliki jawaban ideal yang dibuat oleh guru. Kemudian, jawaban siswa akan ditentukan dengan cara seberapa besar kata yang menyerupai jawaban ideal. Tentu tidak hanya dinilai setiap kata, tetapi juga tata kalimat. ”Setiap jawaban tetap punya skor, kecuali yang memang ngawur total,” katanya.

Ke depan, dia ingin memperkena­lkan inovasi tersebut kepada Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Jatim. Sebab, selain menghemat waktu, aplikasi tersebut bisa menjaga objektivit­as guru dalam menilai. ”Harapannya bisa dimanfaatk­an para guru di sekolah Surabaya,” ungkapnya.

 ?? DIKA KAWEINGAN/ JAWA POS ?? INOVASI: Ruslan menunjukka­n aplikasi penilaian soal-soal esai yang dibuatnya.
DIKA KAWEINGAN/ JAWA POS INOVASI: Ruslan menunjukka­n aplikasi penilaian soal-soal esai yang dibuatnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia