Jawa Pos

Rambut Lepek Simbol Peduli

Kesibukan Cape Town Jelang Hari tanpa Air

-

Penduduk Cape Town, Afrika Selatan (Afsel), mulai menghitung mundur menuju day zero. Pada hari itu, seluruh keran yang mengalirka­n air bersih dari bendungan-bendungan milik pemerintah akan macet. Tidak akan ada lagi air yang menetes dari sana. Semuanya akan terjadi dalam waktu 73 hari dari hari ini (28/1).

MULAI kemarin (27/1), Wali Kota Cape Town Patricia de Lille melarang penduduk mengisi tangki penampung air yang terpasang pada jamban dengan air bersih. Air tampungan yang berfungsi untuk menyiram kotoran di jamban itu wajib diisi dengan air bekas. Misalnya, bekas mandi, bekas cuci baju, bekas cuci piring, atau bekas cucian sayur. Dengan demikian, tidak ada air bersih yang terbuang percuma.

Aturan itu berlaku di semua tempat. Bukan hanya di rumah warga. Tapi juga hotel. ”Kami mengimbau seluruh tamu untuk sebisanya tidak sering-sering nge-flush toilet,” ujar salah seorang manajer hotel di Cape Town.

Meski regulasi itu bisa kian menyurutka­n gairah turis untuk datang ke kota tersebut, aturan harus tetap ditegakkan. Dan, belakangan, arus kedatangan wisatawan asing ke Cape Town memang berkurang.

Kian mendekati day zero alias hari tanpa air, Cape Town makin sibuk mempersiap­kan diri. Sejak pemerintah memajukan day zero ke 12 April atau sepuluh hari lebih cepat dari jadwal semula, antrean lebih panjang terlihat di sumber-sumber air alami kota berpendudu­k sekitar 4 juta jiwa tersebut. Deretan jeriken dan galon air menjadi pemandanga­n sepanjang hari.

Selama setahun terakhir, pemerintah kota mengharamk­an warga mencuci mobil serta menyirami taman dan mengisi kolam –baik kolam ikan maupun kolam renang– dengan air bersih. Regulasi itu sukses menekan penggunaan air secara kolektif dari 800 juta liter per hari menjadi 600 juta liter per hari. Kini mekanisme penghemata­n air diatur langsung

oleh pemerintah provinsi.

”Tidak boleh ada yang mandi lebih dari dua kali dalam satu pekan. Kalian semua harus benarbenar menghemat air seolah-olah hidup kalian bergantung padanya. Dan, memang demikianla­h kenyataann­ya,” kata Gubernur Western Cape Helen Zille sebagaiman­a dikutip BBC kemarin. Perempuan 66 tahun itu aktif mengampany­ekan hemat air kepada warga. Juga, memberikan contoh.

Yang paling anyar, Zille mengunggah gambar kakinya di dalam sebuah baskom logam yang oleh masyarakat Afrika disebut skottel. Biasanya, skottel digunakan sebagai wadah masakan. Atau, bisa juga digunakan untuk menampung air. Tapi, kali ini sang gubernur memfungsik­annya sebagai ember.

”Ini saya, berdiri di dalam skottel mandi saya. Sungguh luar biasa mengetahui betapa sedikitnya air yang bisa kita gunakan untuk membersihk­an badan,” tulisnya sebagai caption foto yang dia unggah via Twitter tersebut.

Skottel sebagai ember memang bukan hal yang aneh. Di rumah sakit, para perawat pun memanfaatk­an skottel sebagai ember saat memandikan pasien yang harus bedrest.

Sebagai gubernur yang tinggal di ibu kota provinsi, Cape Town, Zille pun terkena aturan hemat air. Sejak 2017 dia mulai menganut aliran jarang mandi. Dia hanya mandi tiap tiga hari sekali. ”Bagi saya, rambut yang lepek

(kusut, Red) karena tidak keramas adalah simbol partisipas­i aktif hemat air, seperti halnya mobilmobil kotor yang tak dicuci,” ujarnya mengacu pada larangan mencuci mobil sejak awal 2017.

Per 1 Februari, pemerintah memperketa­t penggunaan air setiap individu. Dari sekitar 87 liter per hari menjadi maksimal 50 liter per hari. Pemerintah berharap aturan itu ditaati.

 ?? AP PHOTO ?? HARUS HEMAT: Mulai 1 Februari, warga hanya dijatah 50 liter air per hari per orang. Saat day zero tiba, jatah mereka tinggal separonya.
AP PHOTO HARUS HEMAT: Mulai 1 Februari, warga hanya dijatah 50 liter air per hari per orang. Saat day zero tiba, jatah mereka tinggal separonya.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia