Takut Salah Menjawab, Cari Informasi dengan Browsing
Friska Fauzi, Pemandu Wisata di Perpustakaan Proklamator Bung Karno
Menjadi pemandu wisata, apalagi wisata sejarah, membutuhkan bekal pengetahuan sejarah. Terlebih sejarah Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno.
MOCHAMMAD SUBCHAN ABDULLAH, Blitar
KAMIS (25/1) di ruang koleksi memorabilia Perpustakaan Proklamator Bung Karno, sejumlah pelajar duduk bersila. Mereka mendengarkan sejarah singkat tentang Presiden Kesatu RI Soekarno.
Seorang lelaki berdiri di depan para pelajar itu. Tangannya sibuk bergerak menunjuk satu per satu foto Bung Karno yang terpampang di sisi timur perpustakaan yang berada di Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, tersebut. Dengan percaya diri, dia menceritakan kisah singkat kehidupan Soekarno.
Tanpa canggung, lelaki itu berinteraksi dengan salah seorang pelajar. ”Ada yang ingin ditanyakan dan masih bingung?” tanya lelaki tersebut. ”Ya, Kak,” jawab siswa itu langsung.
Diajukanlah pertanyaan yang masih mengganjal kepada lelaki tersebut. Lelaki yang memberikan penjelasan itu adalah Friska Fauzi, salah seorang pemandu wisatawan yang berkunjung ke Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Di samping sebagai pemandu, dia seorang pustakawan. ”Karena bekerja di bagian museum koleksi memorabilia Bung Karno, saya juga ditugasi memandu,” ungkapnya.
Sudah tujuh tahun Fauzi bekerja di perpustakaan yang terletak di Kelurahan Bendogerit tersebut. Awalnya dia ditempatkan di bagian perpustakaan hingga perpustakaan keliling. Namun, hanya sekitar 1,5 tahun dia bertahan. ”Kemudian pemimpin menempatkan saya di sini (ruang memorabilia Bung Karno, Red),” terang pria 30 tahun itu.
Selama kurang lebih enam tahun menjadi pemandu, tentu banyak pengalaman dan perubahan diri. Dulu, saat pertama ditugaskan di bagian ruang koleksi museum memorabilia, Fauzi sempat bingung dan khawatir. Sebab, dia tak hanya melayani administrasi pengunjung, tapi juga dituntut bisa memandu.
Saat itulah rasa dan pikirannya bercampur aduk. Pengetahuan tentang sejarah tidak begitu banyak. Apalagi sejarah mengenai kehidupan Bung Karno, sejak masa muda, masa pendidikan, hingga masa menjadi pemimpin Indonesia zaman perjuangan. ”Tentang sejarah Bung Karno itu hanya tahu sedikit,” ucap pria asal Magelang, Jawa Tengah, tersebut.
Dari pengetahuan yang terbatas itulah, mau tidak mau, Fauzi belajar lagi. Demi tuntutan pekerjaan, dia kembali membaca buku-buku sejarah tentang Bung Karno. ”Saya juga diskusi sama rekan pemandu lain,” kata Fauzi, lantas menyapa pengunjung yang masuk.
Setiap pengunjung yang masuk museum diwajibkan mengisi buku kunjungan. Itu penting untuk keperluan statistik data pengunjung setiap tahun.
”Terkadang, jika tampak ada pengunjung yang bingung, saya jemput dan beri penjelasan,” terang pria lulusan Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Kalijaga Jogjakarta itu.
Karena takut salah memberikan informasi kepada pengunjung, Fauzi meminta izin mencari tahu. ”Karena di sini ada fasilitas wifi, saya coba browsing sebentar,” ujarnya.
Bagaimana tidak takut, jika memberikan informasi yang salah, risikonya besar. Sebab, secara tidak langsung pengunjung nanti juga menceritakan kunjungannya ke teman lain. ”Malah jadi merembet nanti info yang salah,” imbuhnya.