Ganti Bulu Sikat dengan Kayu Siwak
Sunnah, Sikat Gigi Inovasi Dr drg Taufan Bramantoro
Banyak orang yang sudah mengetahui kegunaan kayu siwak untuk gigi. Namun, penggunaannya kerap dianggap kurang praktis. Untuk memudahkannya, Dr drg Taufan Bramantoro menciptakan produk sikat gigi berkepala kayu siwak.
THORIQ S. KARIM
BENTUKNYA menyerupai sikat gigi flip. Bisa ditekuk dan dimasukkan kantong. Biasanya sikat gigi model itu cocok dibawa saat traveling. Namun bedanya, kepala sikat tidak berbentuk bulu, melainkan kayu siwak berdiameter 0,5 sentimeter. Kayu itu sudah dikupas. Bagian ujungnya berbentuk serabut kasar. Aroma khas siwak pun muncul. ’’Tidak perlu air maupun pasta gigi, tinggal menggosokkan langsung ke gigi,’’ kata Dr drg Taufan Bramantoro.
Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga itu mempraktikkan penggunaan sikat buatannya tersebut. Semua gigi rata disikat dengan kayu yang memiliki bahasa latin Salvadora persica itu. Dia mengulanginya beberapa kali. ’’Lebih keset dipakainya,’’ ujar suami drg Prastantia Winna H SpKGA itu.
Penggunaan siwak sangat populer di kalangan pesantren. Banyak santri maupun kiai yang menggunakan kayu tersebut. Hanya, modelnya masih konvensional. Yakni, berupa ranting yang dimasukkan ke mulut dan digosokkan ke gigi. Cara tersebut kurang efektif karena ada bagian gigi yang tidak tercapai oleh kayu tersebut
Lulusan program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada itu memiliki ide. Dia berpikir untuk menjadikan siwak sebagai kepala sikat. Untuk mewujudkan hal itu, Taufan melakukan penelitian sejak awal 2016.
Dia mengumpulkan literatur tentang siwak. Banyak manfaat yang diungkap. Antara lain, membersihkandanmenghilangkan bau mulut, mencegah gigi berlubang, membunuh bakteri pada mulut, sampai menghilangkan plak pada gigi. ’’Saya juga sudah buktikan hasil penelitian itu,’’ ucap pria 33 tahun tersebut.
Aroma kayu siwak sangat pekat. Harum dan khas. Aroma itulah yang menempel pada gigi dan berkhasiat menghilangkan bau mulut. Sementara itu, serat kayu siwak, menurut Taufan, memiliki kemampuan membersihkan gigi lebih kuat daripada bulu sikat biasa.
Sepintas dimensi sikat gigi siwak mirip dengan model sikat flip yang beredar di pasaran. Tapi, ukurannya berbeda. Gagangnya lebih ramping dan di bagian ujung terdapat lubang berdiameter 0,5 sentimeter. ’’Lubang ini berfungsi menjepit siwak,’’ jelasnya.
Untuk batang siwak, Taufan membelinya secara online. Langkah pertama, dia mengupas siwak tersebut. Siwak dibentuk silinder sepanjang 1 sentimeter, kemudian dipasang di lubang yang sudah disiapkan di gagang hasil cetakan tersebut. ’’Kali pertama saya masukkan, ada beberapa yang pecah,’’ kata pria yang tinggal di Pondok Tjandra itu.
Taufan melihat bahwa tekstur siwak sangat empuk sehingga harus pelan-pelan saat memasukkannya ke lubang gagang sikat. Sikat gigi siwak pun terbentuk. Sedikitnya ada lima gagang yang dia buat untuk percobaan. Sikat gigi tersebut dibawa ke laboratorium untuk memastikan tingkat keamanannya. Terutama saat digunakan di mulut. Apakah berpotensi melukai gusi atau tidak.
Ada beberapa catatan dalam penggunaan. Serabut siwak relatif lebih kaku daripada bulu. Penggunaan yang terlalu kuat bisa mengganggu gusi. Tapi, jika dipakai secara normal, menurut Taufan, tidak akan ada masalah. ’’Hasil penelitian menunjukkan, siwak lebih bagus dan mampu membunuh bakteri,’’ ungkapnya.
Pada akhir 2017, Taufan mengurus hak cipta dan paten karya tersebut. Saat ini pengurusan izin masih berjalan. Meski begitu, salah seorang pengurus Persatuan Dokter Gigi Indonesia Cabang Surabaya tersebut sudah siap menerima orderan.
Sikat gigi siwak itu diberinya nama Sunnah. Ditempatkan pada kotak kayu yang menyerupai kotak pensil. Di dalamnya ada enam kotak kecil tempat kepala sikat pengganti. Jadi kalau kepala sikat sudah mulai rusak bisa segera diganti.
Untuk saat ini, harga satu sikat sekitar Rp 200 ribu. Taufan mengakui, harga produk masih tinggi karena belum dicetak masal. Jika digunakan sehari tiga kali, umur sikat gigi itu sekitar 1–1,5 bulan. ”Nanti kalau sudah dibuat masal, harganya pasti bisa jauh lebih murah,” ujarnya.