Jawa Pos

Percaya Diri Jadi Merek Global

Yasa Paramita Singgih, Men’s Republic

-

Memulai bisnis karena kepepet, Yasa Paramita Singgih mampu menarik perhatian lewat brand sepatu Men’s Republic. Dia ingin membawa industri fashion tanah air ke kancah internasio­nal.

KALI pertama dihubungi Forbes melalui e-mail, Yasa Paramita Singgih tidak langsung percaya. Bahkan, bungsu di antara tiga bersaudara itu mengira kabar yang diterimany­a adalah hoax. ”E-mail pertama saya delete. Nggak pernah apply apaapa,” ungkapnya saat ditemui Jawa Pos akhir pekan lalu.

Yasa baru percaya setelah menerima e-mail kedua. Isinya adalah undangan ke Singapura dan Boston, Amerika Serikat, untuk menerima penghargaa­n The Youngest Forbes 30 Under 30 Asia in Retail & E-Commerce Category 2016. Yasa dan Men’s Republic terpilih lantaran diyakini dapat menjadi pemimpin pasar di industri sepatu masa mendatang.

Apresiasi itulah yang membuat pria 23 tahun tersebut cukup percaya diri bisa membawa Men’s Republic mengglobal. Juga mengukuhka­n merek sepatu asal Indonesia di kancah internasio­nal. ”Kalau orang luar punya Zara, H&M, orang Jepang punya Uniqlo, orang Indonesia punya Men’s Republic,” tutur alumnus Universita­s Bina Nusantara tersebut.

Menurut dia, Indonesia memiliki potensi untuk bisa mengglobal di industri fashion, khususnya sepatu. Selama ini merek global terkenal seperti Nike sudah memiliki pabrik di Indonesia. ”Artinya, kan tenaga kerja kita mampu untuk membuat produk dengan kualitas yang baik. Miris melihat justru belum ada brand lokal yang mengglobal,” urai Yasa.

Terlebih, saat berkelilin­g ke sejumlah mal di Eropa, Yasa sama sekali tidak menemukan merek fashion Indonesia. Karena itu, saat ini Yasa berfokus membesarka­n brand Men’s Republic agar bisa menjadi ikon sepatu pria di Indonesia. Nama Men’s Republic diusung agar produk miliknya tersebut bisa menjadi one stop solution for men. Selain berkecimpu­ng di produk sepatu, dia ingin ekspansi ke produk tas, gesper, maupun dompet.

Yasa memulai bisnis Men’s Republic pada 2014. Modalnya Rp 6 juta–Rp 7 juta. Saat ini omzet penjualan yang berhasil dibukukan setiap bulan mencapai ratusan juta rupiah. Setiap bulan 1.000 pasang Men’s Republic berhasil terjual. Kisaran harga sepatu produknya Rp 195 ribu– Rp 729 ribu per pasang. Pesanan dari luar negeri juga datang. Antara lain Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, Filipina, Korea Selatan, dan Jepang.

Yasa sebenarnya menekuni dunia bisnis karena kepepet. Pria yang saat ini meneruskan kuliah S-2 di Universita­s Bina Nusantara itu memulai bisnis lantaran sang ayah masuk rumah sakit karena serangan jantung. Karena penyumbata­n di pembuluh darah, ayahnya harus dipasangi ring. ”Waktu itu ayah tidak mau karena uangnya akan digunakan untuk keperluan sekolah saya dan kakak,” kenang Yasa.

Momen itulah yang membuat Yasa berkomitme­n hidup lebih mandiri. Enggan bergantung kepada orang tua. Berbagai macam pekerjaan dia lakoni saat usianya masih 15 tahun. ”Saya menjadi EO (event organizer) di sweet seventeen birthday party teman-teman. Lalu, saat umur 16 tahun mulai mengambil barang dari Tanah Abang untuk dijual lagi,” ujar Yasa.

Bisnis kuliner juga pernah dirambah Yasa. Hasilnya, bangkrut. Dia rugi Rp 120 juta. ”Makanan tidak terlalu enak. Tidak punya perencanaa­n tempat dan buta bisnis kuliner,” ujarnya.

Akhirnya, pada 2014, Yasa kembali menekuni bisnis fashion pria dengan mendirikan Men’s Republic. Pemilihan sepatu sebagai fokus didasari pengalaman ayahnya yang bekerja di perusahaan sepatu selama 25 tahun.

 ?? MUHAMAD ALI/JAWA POS ?? VISI MENDUNIA:
Yasa Singgih bekerja sama dengan 30 perajin sepatu di Bandung dan Tangerang untuk memproduks­i sepatu Men’s Republic.
MUHAMAD ALI/JAWA POS VISI MENDUNIA: Yasa Singgih bekerja sama dengan 30 perajin sepatu di Bandung dan Tangerang untuk memproduks­i sepatu Men’s Republic.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia