Jawa Pos

Liburan pun Masih Berkarya

-

Kelima anggota Kita Peduli Anak Indonesia (Kipas), pemenang ketiga Community Competitio­n For Her Tangkis bersama Antangin JRG, pergi ke Bali untuk jalan-jalan. Namun, mereka menyempatk­an diri bertemu komunitas lain yang punya misi sama, Kanaditya.

”PERNAH nggak, kamu pergi malam hari, tapi nggak izin sama orang tua?” kata Rafika Nilasari bertanya kepada Wayan Agus Prabangsta. Agus hanya menggaruk kepala. ”Pernah. Paling malam, sekitar pukul 20.00 atau 21.00, soalnya latihan nari,” ucapnya.

Dia menyatakan, jika minta izin, orang tuanya hanya membolehka­nnya berada di luar rumah sampai pukul 19.00. ”Kalau enggak pamitan, saya paling cuma diingatkan, jangan diulangi,” imbuh Agus.

Pulang malam bukan hal baru buat anak-anak buruh suwun di Pasar Badung, Denpasar. Di sana, banyak anak kecil hingga remaja yang berdagang suvenir di dekat Pantai Kuta. ”Itu dulu. Sekarang, paling malam pukul 21.00. Bantuin buat ogoh-ogoh,” kata Komang Angga, salah seorang anak buruh suwun Pasar Badung.

Kisah-kisah serupa Agus dan Angga itu banyak diungkap kemarin (28/1). Tepatnya ketika tim Kita Peduli Anak Surabaya (Kipas) mengunjung­i Pasar Badung, Denpasar.Pada hari terakhir, keempat anggota komunitas –minus Nur Fadilah– menjelajah ke lantai tiga pasar. Mereka ditemani perwakilan Kanaditya, Lentera Anak Bali (LAB, rekanan Kanaditya), serta perwakilan Dinas Sosial Kota Denpasar. ”Kami senang banget akhirnya bisa dikunjungi teman-teman, jauh-jauh dari Surabaya,” ungkap Indah Nurdiana, ketua Kanaditya. Sebanyak 20 anak mengikuti acara bertajuk Kanaditya

x Kipas tersebut. Selain mendongeng dan bermain games, ketiga komunitas berbagi cerita. ”Semoga pertemuan kali ini bisa diberkati dan bermanfaat,” kata Amelia Marihesya, ketua Kipas.

Anak-anak buruh suwun datang dari kawasan Karangasem. Kebanyakan, keluarga dari daerah tersebut datang ke kawasan Kuta, Sanur, maupun Badung demi memperbaik­i ekonomi. Bapaknya biasa jadi buruh proyek, ibu di pasar, anaknya ngemis atau bantu jualan.

Anak-anak itu umumnya enggan bermimpi tinggi. Mereka ingin pergi ke kota, ketemu orang asing, dan menikah. Indah menjelaska­n, Kanaditya berusaha mengubah pola pikir orang tua maupun anak-anak buruh suwun. ”Sulit, karena pola pikir pindah ke kota untuk makmur sudah turun-temurun,” ucapnya. Dia berharap gerakan Tangkis yang diadakan Jawa Pos For Her bisa hadir di Bali. ”Bukan cuma anaknya, orang tua juga perlu dibantu,” ungkap Indah.

 ?? FAHMI SAMASTUTI/JAWA POS ?? REFRESHING SEJENAK: Kelima anggota Kipas bermain banana boat di Benoa Sabtu lalu (27/1). Selama dua hari mereka puas bersenang-senang. Kemarin mereka mengunjung­i komunitas Kanaditya dan belanja oleh-oleh.
FAHMI SAMASTUTI/JAWA POS REFRESHING SEJENAK: Kelima anggota Kipas bermain banana boat di Benoa Sabtu lalu (27/1). Selama dua hari mereka puas bersenang-senang. Kemarin mereka mengunjung­i komunitas Kanaditya dan belanja oleh-oleh.
 ?? FAHMI SAMASTUTI/JAWA POS ?? SATU VISI: Kipas bersama anak-anak asuhan Kanaditya.
FAHMI SAMASTUTI/JAWA POS SATU VISI: Kipas bersama anak-anak asuhan Kanaditya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia