Jawa Pos

Koruptor di Singapura Jadi Musuh Bersama

NOVEL BASWEDAN

-

Setelah disiram air keras, untuk sementara, Novel Baswedan harus rehat dari aktivitasn­ya di KPK. Apalagi, sejak April tahun lalu dia harus menjalani perawatan mata di Singapura. Semua teror itu tak membuatnya gentar. Berikut obrolan wartawan Jawa Pos Agus Dwi Prasetyo dengan penyidik KPK tersebut melalui aplikasi WA.

Anda pasti sudah merasa kangen untuk kembali aktif dalam pemberanta­san korupsi di tanah air?

Di Singapura saya fokus pada pengobatan, terutama lima bulan pertama. Itu karena saya lebih banyak tinggal di rumah sakit, kemudian menjalani beberapa kali tahapan operasi besar pada mata. Meski begitu, saya juga berdiskusi tentang penanganan perkara korupsi dengan rekan-rekan di KPK. Saya juga memberikan masukan dan saran kepada beberapa rekan penyidik Polri yang bertanya kepada saya saat menangani perkara korupsi. Bagaimana mencukupi kebutuhan sehari-hari di Singapura?

Saya mendapat biaya operasiona­l dan biaya pengobatan dari negara. Saya tidak perlu banyak biaya lain karena keperluan

seperti makan dan sebagainya memasak sendiri. Sebagian juga dibawa dari Jakarta. Saya juga mendapat bantuan dari rekanrekan di KPK dan beberapa ekspimpina­n serta eks pegawai KPK. Indonesia punya KPK, di Singapura juga ada lembaga sejenis. Namanya Corrupt Practices Investigat­ion Bureau (CPIB). Dibentuk pada 1967. Tentunya Anda sempat berdiskusi dengan unsur-unsur lembaga antirasuah Singapura itu. Apa kesan Anda?

Pemberanta­san korupsi di Singapura oleh lembaga antikorups­i (CPIB) sudah independen. Tidak banyak mengalami pengaruh dari luar dan konflik kepentinga­n. Perhatian CPIB terhadap praktik korupsi di sektor penegakan hukum

juga benar-benar dilakukan. Semua itu mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan politik secara stabil. Pelaku korupsi menjadi musuh bersama. Di Indonesia KPK masih perlu meningkatk­an diri untuk benar-benar independen. Bagaimana Anda memotivasi keluarga agar tidak larut dalam rasa gelisah?

Sejak awal-awal di KPK saya sudah sampaikan kepada keluarga bahwa berjuang di KPK akan banyak risiko. Tetapi, segala risiko, apa pun itu, tidak akan terjadi kecuali atas kehendak (takdir) Allah SWT. Segala yang telah terjadi (telah ditakdirka­n) itu pasti baik. Sehingga tidak ada yang perlu dirisaukan. (*/c10/pri)

 ?? MUHAMAD ALI/JAWAPOS ??
MUHAMAD ALI/JAWAPOS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia