Menyanyi Klasik seperti Pulang ke Rumah
Isyana Sarasvati Tampil Sopran Bersama Jakarta Concert Orchestra
Penonton pergelaran orkestra Invitation to the Dance di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu malam (31/1) menyaksikan pertunjukan dalam hening. Mereka larut dalam suara sopran Isyana Sarasvati. Dia tampil diiringi Jakarta Concert Orchestra dengan konduktor Avip Priatna.
NORA SAMPURNA
LANTUNAN komposisi klasik Les filles de Cadix karya Leo Delibes serta Fruhlingsstimmen-Walzer, Op 410 karya Johann Strauss II membuai penonton. Mengenakan gaun putih nan anggun, Isyana mampu menjangkau nada-nada tinggi. Selaras dengan iringan orkestra dari 55 musisi profesional Jakarta Concert Orchestra di bawah pimpinan Avip.
Ditemui setelah pertunjukan selesai, alumnus bachelor of music with honours dari Royal College of Music London tersebut merasa sangat bahagia. Terlebih, dia tampil dengan diiringi orkestra yang dipimpin Avip Priatna, guru musiknya sejak kecil. Bagi Isyana, terlibat dalam pertunjukan musik klasik memberikan sensasi tersendiri. ”Setiap membawakan lagu klasik, rasanya seperti pulang ke rumah,” tuturnya.
Sebelum dikenal sebagai penyanyi pop kenamaan tanah air, Isyana memang lebih dulu mendalami musik klasik. Perempuan kelahiran Bandung, 2 Mei 1993, itu akrab dengan musik klasik sejak usia 7 tahun. Dia mempelajari alat musik piano, flute, hingga saksofon.
Ketika teman-temannya di SD menjawab dokter atau insinyur saat ditanya soal cita-cita, Isyana beda. ”Saya ingin jadi maestro, ingin memimpin orkestra,” ujarnya. Dia pun ditunjuk menjadi dirigen yang memimpin paduan suara ketika upacara bendera setiap Senin.
Berlanjut lulus SMP, lalu masuk SMA, passion Isyana terhadap musik kian kuat. Ditanya ingin kuliah jurusan apa, jawabannya musik. ”Saya enggak punya pilihan lain selain musik,” ungkapnya.
Isyana mendapatkan beasiswa dari Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) Singapura jurusan music performance. ”Kita harus berani bermimpi besar,” ucapnya seraya tidak henti tersenyum.
Isyana menegaskan, dirinya mencintai musik secara keseluruhan. Dia tidak mengotak-ngotakkan genre. Saat merasa pop, dia menciptakan lagu pop. Saat merasa klasik, suatu hari nanti mungkin Isyana menciptakan komposisi klasik.
Avip memuji penampilan Isyana. ”Dia mampu membawakan komposisi klasik dengan tingkat kesulitan tinggi,” ujar direktur musik The Resonanz Music Studio dan founder Jakarta Concert Orchestra tersebut.
Selain Isyana, Avip menggandeng pianis muda Jonathan Kuo. Misinya mendekatkan masyarakat Indonesia dengan musik klasik. ”Saya ingin meruntuhkan anggapan bahwa musik klasik itu kaku, rumit, hanya untuk orang tua. Ini ada sosok muda yang cinta musik klasik,” tuturnya.