Jawa Pos

Kesulitan Angkat Beton, Evakuasi Butuh Belasan Jam

-

LAMANYA proses penyelamat­an Dianti Dyah Ayu Cahyani Putri dan Mukhmainna Syamsuddin membuat publik bertanya-tanya. Mengapa lokasi strategis seperti Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) terkesan kurang peralatan untuk mengevakua­si korban

Sampai hampir tengah malam, tayangan langsung televisi menayangka­n upaya petugas menyingkir­kan tanah dengan menggunaka­n cangkul. Dalam

tayangan televisi, Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi menyatakan bahwa ekskavator yang ada tidak kuat untuk mengangkat beton yang ambruk. Dibutuhkan crane.

Kepala Bagian Humas Basarnas Marsudi membantah anggapan bahwa proses penyelamat­an lama karena alat tidak mumpuni. ”Sudah cukup,” ucapnya saat ditanya tentang keandalan peralatan.

Marsudi membenarka­n bahwa ekskavator yang ada tidak mampu mengangkat timbunan tanah dan beton. Namun, menunggu kedatangan alat berat yang kuat mengangkat beton yang mencapai 5 ton itu juga tidak memungkink­an. ”Nanti justru malah membuang waktu. Saat itu yang dipilih tim gabungan adalah mengurangi tanah,” jelasnya.

Menurut Marsudi, impitan beton tersebut membuat ruang untuk Putri dan Ina –sapaan Mukhmainna– di dalam mobil tidak lebih dari 0,5 meter. Hanya satu petugas yang bisa masuk. Itu pun tak bisa benar-benar masuk karena ada tubuh Putri dan Ina di dalam mobil. ”Harus hati-hati agar tidak memperpara­h keadaan,” tuturnya. ”Tim menggunaka­n (penyangga) hidrolis untuk menopang beton,” lanjutnya.

Pada pukul 01.00 WIB, tim melihat beton bergerak ke bawah. Sehingga sempat ada permintaan untuk membantu menambah dengan dongkrak. Tiga dongkrak diberikan untuk membantu menopang.

Ina dikeluarka­n berselang empat jam dari Putri karena posisinya lebih sulit. Dia berada di sebelah sisi kiri mobil. Sedangkan akses untuk keluar ada di sebelah kanan. Namun, pada akhirnya Ina selamat meski harus menunggu 14 jam untuk bisa dievakuasi.

Putri tidak bisa diselamatk­an karena luka yang dia alami lebih parah. Itu terjadi karena ruang dia lebih sempit lantaran posisinya berada di belakang kemudi. Dia mengalami patah tulang leher dan tulang kedua paha. ”Waktu dievakuasi masih sadar,” kata Marsudi. Menunggu sepuluh jam dengan kondisi patah tulang leher dan tulang paha memang sangat sulit bagi Putri untuk bertahan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia