IHSG Terseret Amblesnya Bursa Global
Sentimen negatif dari Wall Street menjalar di hampir semua ibu kota keuangan negara-negara di dunia. Kekhawatiran akan kenaikan suku bunga The Fed membuat investor ramai-ramai melepas saham.
JAKARTA – Sentimen negatif merembet pula di bursa Jakarta. Indeks harga saham gabungan (IHSG) pun melanjutkan penurunannya. Kemarin (6/2) IHSG ditutup melemah 111,13 poin atau 1,69 persen ke level 6.478,54. Pada perdagangan intraday, indeks bahkan sempat ambles lebih dari 2 persen ke level 6.426,76.
Asing cenderung keluar dengan mencatatkan jual bersih (nett sell senilai Rp 1,75 triliun. Nett sell kali ini merupakan yang tertinggi sepanjang 2018. Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, indeks yang bertahan di zona merah terdorong maraknya aksi jual setelah terimbas aksi sell off di bursa saham AS. ’
Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan mengungkapkan, maraknya aksi jual kali ini lebih dipengaruhi faktor psikologis investor. ’’Sejauh ini belum terlihat ada faktor fundamental yang memengaruhi. Untuk bursa global, data penerimaan tenaga kerja di AS membuat perekonomian AS kian kuat. Jadi, kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed juga besar,’’ urainya.
Hingga berita ini ditulis, Dow Jones kembali turun 1,02 persen ke level 23.690, sementara Nasdaq turun 3,78 persen menjadi 6.967,53. Di Eropa, indeks FTSE ikut melemah 2,38 persen ke level 7.160,06, sementara Xetra Dax merosot 2,37 persen ke level 12.385,99.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengungkapkan, pelemahan di bursa lokal sebenarnya cukup rendah jika dibandingkan dengan bursa-bursa lain di Asia. Dari sisi fundamental dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik dengan capaian 5,07 persen pada 2017.
Di sisi lain, kinerja emiten di Indonesia yang cukup baik semestinya mampu menarik dana dari investor. Pada 2017 misalnya, pendapatan (unaudited) seluruh emiten mencapai Rp 265,12 triliun atau tumbuh 22,61 persen secara year on year (yoy). Untuk laba bersih (unaudited), emiten mampu membukukan Rp 46,85 triliun, naik 14,75 persen (yoy). ’’Saya imbau kepada para emiten supaya segera merilis data kinerjanya ke publik,’’ ungkapnya.
Menghadapi gejolak keuangan global, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemerintah akan memperkuat kebijakan dari sisi fiskal.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, pihaknya telah mengantisipasi dampak perbaikan ekonomi negara-negara maju, khususnya AS.