Jawa Pos

Tidak Fokus karena Banyak Kendaraan Melintas

Ketika Siswa MIN Gedog Belajar di Halaman setelah Kelas Terancam Longsor

- M. SUBCHAN ABDULLAH, Blitar

Retaknya bangunan kelas hingga berubah miring karena bencana longsor membuat 30 murid MIN Gedog, Kecamatan Sananwetan, waswas. Guru terpaksa mengevakua­si para siswa keluar dari ruang kelas.

SUASANA halaman MIN Gedog berbeda dibanding biasanya kemarin (6/2). Biasanya lengang, hanya ada sejumlah sepeda motor terparkir, tetapi kemarin berubah. Sebanyak 30 murid belajar di halaman madrasah. Dari kejauhan, seorang guru tampak sibuk memberikan materi pelajaran kepada siswa.

Suasana halaman madrasah pun riuh saat koran ini mendekati para siswa yang sedang konsentras­i belajar. Ya, para siswa kelas IV madrasah ibtidaiyah itu terpaksa belajar di luar kelas untuk sementara.

Sebab, kelas mereka tak memungkink­an untuk digunakan lagi. Kondisinya retak dan sudah miring akibat longsornya talud kali di samping sekolah. Apabila siswa tetap belajar di kelas, risikonya tinggi.

Sejumlah siswa juga sudah waswas kelas mereka ikut ambrol. Kekhawatir­an itu dirasakan sejak Senin (5/2). ”Siswa saat itu teriak-teriak terjadi longsor di samping sekolah,” ungkap Kepala MIN Gedog Nanik Dwiyani kemarin.

Teriakan itu terdengar Senin pagi saat siswa pertama masuk kelas. Mendengar teriakan salah seorang siswa tersebut, Nanik dan beberapa guru mengecek dari balik jendela. Benar, ternyata terjadi longsor. ”Namun, kondisi saat itu belum begitu parah. Siswa masih belajar di kelas,” ujarnya.

Tetapi, keesokan harinya atau kemarin, kondisi longsor lebih parah. Terdengar salah seorang siswa kembali berteriak bahwa longsornya semakin lebar. Selain itu, tembok kelas retak dan bangunan terasa miring. Guru memutuskan untuk mengevakua­si siswa ke luar kelas. Para siswa akhirnya harus belajar darurat sementara di halaman sekolah.

Amalia Zaniba Azahra, salah seorang siswi yang menghuni kelas tersebut, merasa waswas jika tetap belajar di dalam kelas. Dia takut sewaktu-waktu kelasnya ambrol. ”Temboknya sudah retak dan miring. Takut saya,” ungkap bocah 9 tahun itu dengan polosnya.

Belajar di halaman kelas tak lantas membuat siswa merasa nyaman. Menurut Amalia, belajar di luar tidak bisa fokus karena terganggu suara kendaraan. ”Banyak kendaraan yang lewat di jalan sehingga tidak bisa fokus belajar,” ujar bocah yang tinggal di Desa Pojok, Kecamatan Garum, tersebut.

Hal senada diutarakan teman satu kelasnya, Nabila Lutfia Sahda. Dia mengaku tak bisa berkonsent­rasi jika belajar di luar kelas, apalagi di halaman sekolah. ”Banyak teman yang sedang istirahat dan main ke luar kelas. Jadi ramai, tidak bisa fokus,” cetus bocah berjilbab itu.

Nabila merasa lebih nyaman belajar di dalam kelas. Sebab, suasananya lebih tenang dan tidak terganggu suara-suara bising kendaraan di luar. ”Kalau di kelas itu lebih enak dan nyaman. Lebih tenang,” katanya lantas tersenyum.

 ?? MOCHAMMAD SUBCHAN ABDULLAH/JAWA POS RADAR BLITAR ?? DARURAT: Siswa kelas IV-B terpaksa belajar sementara di halaman madrasah kemarin (6/2) gara-gara tembok salah satu ruangan sudah retak.
MOCHAMMAD SUBCHAN ABDULLAH/JAWA POS RADAR BLITAR DARURAT: Siswa kelas IV-B terpaksa belajar sementara di halaman madrasah kemarin (6/2) gara-gara tembok salah satu ruangan sudah retak.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia