Warga Bersedia Pindah ke Flat
Normalisasi Saluran di Kalisari Dalam
SURABAYA – Banjir yang kerap terjadi di kawasan Kali Mulyosari dipicu penyempitan saluran. Banyak bangunan yang memakan badan got untuk permukiman. Kemarin (6/2) petugas gabungan mendata penduduk yang tinggal di sepanjang Jalan Kalisari Dalam Gang Makam. Bangli (bangunan liar) akan dibongkar untuk normalisasi jaringan drainase.
Sebanyak 36 petugas gabungan dari Kecamatan Mulyorejo, Kelurahan Kalisari, satpol PP, dinas sosial, linmas, dan Polsek Mulyorejo mendata penduduk Surabaya dan non-Surabaya. Giat yang dimulai pukul 11.00 itu menyisir tiap rumah dan menghitung jumlah orang yang tinggal.
Camat Mulyorejo Sair mengungkapkan, permukiman itu mengakibatkan lebar jalur drainase tinggal 1 meter. ’’Aslinya 4–5 meter. Saluran itu ingin kami lebarkan semua,” tegasnya.
Menurut dia, penyempitan saluran yang mengakibatkan sering terjadi banjir di wilayah Kelurahan Kalisari. Air tidak bisa mengalir maksimal. Untuk mengeruk dan memperlebarnya, rumah-rumah tersebut harus dibongkar agar alat berat bisa masuk.
Dari hasil pendataan, ada 90 KK, 34 di antaranya ber-KTP Surabaya. Mereka rencananya dipindahkan ke rusun milik pemkot. Untuk pelaksanaan pembongkaran, Sair menyebut masih menunggu kepindahan penduduk ke flat. Rancananya, itu dilakukan bulan depan. ’’Flatnya sudah ada, tinggal nanti mengajukan ke wali kota siapa saja yang akan dipindah,” ujar Sair.
Namun, pihak kecamatan belum bisa memastikan lokasi flat yang akan ditempati. Sebelum dipindah, Sair akan mengumpulkan penduduk Surabaya untuk ditawari dan sosialisasi tentang tawaran pindah. ’’Kami hanya mengajukan, nanti yang menentukan di mana saja letaknya ada bagiannya sendiri,” katanya.
Masyarakat yang terdampak pun mengaku lega jika ada solusi yang diberikan. Salah satunya pasutri Inuk Prastikasari-Wiwin Kasiadi. Mereka sudah enam tahun tinggal di bangli itu. Mereka ngontrak ke salah seorang warga yang tinggal lebih dulu di sana. Petak ukuran 5 x 10 meter dibanderol Rp 3 juta per tahun.
Inuk menuturkan, keluarganya bersedia pindah asal difasilitasi pemkot. Dia menyadari betul lokasi rumahnya menempati lahan yang tidak seharusnya. ’’Ya semoga bisa dapat tempat yang lebih bagus saja,” ujarnya.
Sementara itu, warga non-Surabaya mengaku pasrah. Khusniah dari Bangkalan mengaku belum punya pilihan akan pindah setelah tempat tinggal yang ditempati sekarang dibongkar. Rumah dengan luas 10 x 10 meter itu juga merangkap jadi kos-kosan. Ada tujuh orang yang ngekos. ’’Lihat nanti gimana maunya suami,” katanya.