Likuiditas Longgar, Bunga Kredit Bersaing
JAKARTA – Kondisi likuiditas awal tahun yang melimpah membuat perbankan harus bersaing ketat dalam bisnis kredit. Salah satu yang paling mudah diandalkan adalah bisnis kredit konsumer. Misalnya, kredit pemilikan rumah (KPR).
Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aslan Lubis menyatakan, perbankan mulai ’’perang bunga’’ pada awal tahun ini. ’’Sebab, kondisi likuiditas banyak, tapi kredit belum kencang,’’ ujarnya.
Penggunaan KPR bagi konsumen memang menurun. Survei Harga Properti Residensial yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI) menunjukkan, penggunaan KPR oleh pembeli hunian residensial menurun dari 77,22 persen pada 2016 menjadi 75,93 persen pada 2017.
Beberapa faktor menjadi penyebab penurunan tersebut. Di antaranya, kenaikan harga rumah yang tidak berbanding lurus dengan kenaikan upah, bunga kredit yang mahal, hingga munculnya jasa perusahaan
financial technology (fintech).
Dengan kondisi itu, lanjut Aslan, wajar apabila perbankan memanfaatkan awal tahun untuk memberikan bunga murah. Apalagi, pada awal tahun biasanya optimisme konsumen cukup tinggi. ’’Bunga bersaing, asalkan sehat bagi bank, ya tidak apa-apa,’’ jelasnya.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menyatakan, saat ini banyak survei yang mengindikasikan bahwa generasi milenial diprediksi sulit mempunyai rumah. Padahal, generasi tersebut adalah andalan untuk pasar kredit konsumer. ’’Sebenarnya, wajar saja kalau milenial enggak beli rumah. Tapi, mereka memang belum memikirkan soal investasi, masih memikirkan
career path-nya dulu,’’ tuturnya.
BCA memberikan bunga spesial 6 persen sejak tahun lalu. Berkat promo itu, realisasi kredit properti BCA hingga kuartal III lalu berhasil melesat 26 persen secara yearon-year (yoy). Tahun ini BCA juga menggunakan strategi promo bunga murah pada awal tahun.
PILGUB JATIM