Kesederhanaan Mbak Puti Menyentuh Hati Rakyat
Gus Ipul dan Mbak Puti adalah cerminan aspirasi rakyat.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
MENJADI cucu presiden pertama Republik Indonesia Soekarno memberikan banyak sekali inspirasi berharga kepada Puti Guntur Soekarno. Terutama mewujudkan cita-cita sang kakek agar selalu dekat dengan rakyat. Saat ini, Mbak Puti pun terdorong mengabdikan seluruh jiwa dan raganya menyejahterakan masyarakat.
Keinginan tersebut bukan isapan jempol. Bakal calon wakil gubernur Jawa Timur tersebut membuktikannya lewat kunjungan ke beberapa daerah di Jatim beberapa waktu lalu. Dengan sangat leluasa dan luwes Mbak Puti berinteraksi dengan wong cilik. Hampir tak ada jarak. Interaksinya dengan warga Surabaya, Bangkalan, Jombang, Blitar, Ngawi, Madiun, Trenggalek, Kediri, Magetan, Ponorogo, dan Banyuwangi terjalin begitu akrab dan guyub.
Di Banyuwangi, misalnya. Mbak Puti secara spontan ikut menari Tari Gandrung di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Istri Joy Kameron itu ikut berlenggak-lenggok mengikuti gerakan para penari dengan luwes. Padahal, dia tak pernah belajar Tari Gandrung. Hanya berbekal pengalaman masa kecil saat aktif belajar menari.
Dia juga tidak kikuk saat makan bersama warga Bumi Blambangan dengan lesehan beralas tikar dan berpiring daun pisang. “Sejak kecil, Ayah (Guntur Soekarno, Red.) selalu mengajarkan saya bahwa saya dan rakyat sama. Tidak ada bedanya,” katanya.
Begitu juga saat berkunjung ke Ngawi. Di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah itu, Mbak Puti mengikuti jalan sehat bersama puluhan ribu warga. Kehadirannya membuat para peserta jalan sehat “menyerbu” untuk mengajak swafoto. Mbak Puti dengan telaten meladeni mereka satu per satu.
Saat berkunjung ke Pasar Besar, Ngawi, jajanan pasar langsung melemparkannya pada memori masa kecil yang indah. “Saya suka sekali marning. Dulu hampir selalu ada
marning di rumah. Kalau sudah makan marning, susah berhenti,” katanya saat melihat jajan pasar yang terbuat dari jagung tersebut.
Dosen di Universitas Kokushikan, Tokyo, Jepang, itu juga begitu luwes saat berkomunikasi dengan para pedagang pasar. Mereka juga tidak sungkan untuk mengadu kepada ibu dua anak tersebut. “Mbak Puti orangnya sumeh,
sumeleh,dan sabar. Sama rakyat kecil seperti kita saja, dia mau meluangkan waktu dan mendengarkan. Ketemu dia rasanya pengen ngobrol lebih lama lagi,” kata Sri Suhartini, salah seorang pedagang di Pasar Besar.
Mbak Puti memang sosok yang mau terus membuka diri terhadap segala hal. Dia selalu terbuka pada masukan dari siapapun. Tak peduli status sosial maupun jabatannya. Begitu pun ketika dirinya ditetapkan sebagai bakal calon wakil gubernur Jawa Timur mendampingi Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Mbak Puti pun tak sungkan ”berguru” kepada kader PDI Perjuangan yang sudah senior di pemerintahan. Salah seorangnya kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Mbak Puti mempelajari banyak hal dari Risma, sapaan Tri Rismaharini. Terutama tentang transformasi Surabaya dari daerah yang kumuh, tak tertata, sarat persoalan sosial, menjadi salah satu kota yang bersih, rapi, aman, dan kondusif. Surabaya juga tumbuh menjadi kota dengan pelayanan publik terbaik.
Paradigma berpikir Risma juga menjadi inspirasi bagi Mbak Puti. Yakni menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya. Salah satunya upaya menggratiskan kembali SMA/ SMK negeri dan subsidi untuk sekolah swasta. “Rakyat memetik manfaat besar dari kebijakan tersebut, dan itu berarti Gus Ipul dan Mbak Puti adalah cerminan aspirasi rakyat,” kata Bu Risma. (kkn)