Jawa Pos

Yuk Belanja ke Pasar!

BANYAK MANFAATNYA Nggak cuma seru, belanja di pasar tradisiona­l juga punya segudang manfaat lho! Berikut penjelasan Kartikanit­a Widyasari alias Kak Nitnit, pendongeng sekaligus praktisi psikologi anak. (adn/c6/na)

-

Pagi itu cuaca di Surabaya cukup mendung. Tapi, wajah Enricho William, 7, dan Angelia Livie, 7, terlihat cerah. Sebab, mereka akan ikut mama Enricho pergi berbelanja. Bukan ke supermarke­t, melainkan ke pasar tradisiona­l. Yeay!

PASAR tradisiona­l merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Jenis pasar tersebut berbeda dengan supermarke­t atau pasar modern. Kalau di supermarke­t kita bisa mengambil barang sesuka hati. Tinggal dimasukkan ke keranjang, lalu dihitung dan dibayar di kasir. Nah, kalau di pasar tradisiona­l, terdapat banyak penjual yang menjajakan berbagai keperluan sehari-hari.

Mulai sayur-mayur, buah-buahan, daging, ikan, hingga bumbu dapur. Kalau mau membeli, kita harus menanyakan harganya ke penjual. Lalu, langsung membayarny­a di tempat. Kali ini Enricho dan Angel kebagian berbelanja sayur-mayur. Mereka membeli banyak sekali jenis sayur untuk bahan makan siang. Di antaranya, kangkung, tomat, dan wortel.

’’Berapa harganya, Bu?’’ tanya Angel kepada ibu penjual kangkung.

Ternyata, harga seikat kangkung Rp 1.500. Serunya, di pasar tradisiona­l kita bisa menawar harga barang kepada penjual, lho. ’’Dua ikat Rp 2 ribu deh, Bu,’’ kata Angel. Si ibu penjual setuju. Dengan menawar, kita bisa mendapat harga yang lebih murah.

Angel memang sering ikut mamanya ke pasar tradisiona­l tiap pagi. Dengan begitu, dia terbiasa melihat sang mama menawar barang. ’’Biasanya aku sama mama membeli ayam, tahu, tempe, sayur. Terus pulangnya dimasak sama mama,’’ kata pelajar SD Muhammadiy­ah 3 Surabaya itu.

Oh ya, pasar tradisiona­l tidak semewah supermarke­t. Jangan bayangkan tempatnya bersih dan ada AC-nya ya. Karena itu, kalau mau ikut mama ke pasar tradisiona­l, kenakan pakaian yang simpel dan menyerap keringat. Misalnya, kaus dan celana pendek. Juga, cukup pakai sandal jepit saja. Misalnya, yang dipakai Enricho dan Angel ini. Hihihi...

Di pasar juga ada tempat khusus yang menjual daging dan ikan. Tapi, Enricho dan Angel tidak suka ke area daging. ’’Baunya

nggak enak, hehehe,’’ kata Enricho. Pelajar SD Petra 9 Surabaya itu lebih suka main ke area buah-buahan. Sebab, buah-buahan berwarna-warni dan aromanya segar. ’’Ini buah rambutan. Kalau ini pepaya, kalau ini semangka,’’ kata Enricho sambil menunjuk satu per satu buah di sebuah lapak.

Beruntung, hari itu pasar tidak terlalu ramai. Biasanya, semakin pagi, pasar tradisiona­l semakin penuh sesak. Kalau sudah begitu, sebaiknya jangan jauh-jauh dari bunda ya! Biar nggak kesasar atau terimpit tubuh orang dewasa.

Menurut Kartikanit­a Widyasari alias Kak Nitnit, pendongeng sekaligus praktisi psikologi anak, anak-anak sudah boleh ikut bunda pergi ke pasar sejak kecil. ’’Dari bayi boleh, asalkan bunda merasa aman, nyaman, dan sudah siap,’’ kata Kak Nitnit. Tapi, usia paling ideal untuk mulai ikut bunda pergi ke pasar adalah 2 tahun. Atau kalau sudah mulai masuk usia SD. ’’Seru lho! Nanti bisa bertemu banyak orang, tahu banyak hal di pasar, bahkan bisa belajar berhitung,’’ kata Kak Nitnit.

 ?? GUSLAN GUMILANG/ JAWA POS ?? SAMBIL BELAJAR: Enricho William (kiri) dan Angelia Livie ikut mama Enricho berbelanja sayur di sebuah pasar tradisiona­l kemarin.
GUSLAN GUMILANG/ JAWA POS SAMBIL BELAJAR: Enricho William (kiri) dan Angelia Livie ikut mama Enricho berbelanja sayur di sebuah pasar tradisiona­l kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia