Beri Iming-Iming Bintang agar Anak Tidak Takut
SURABAYA – Sejak dicanangkan 2 Februari lalu, pencegahan penularan difteri dengan outbreak response immunization (ORI) terus dilakukan. Secara bergantian, petugas puskesmas mendatangi sekolah-sekolah untuk memberikan imunisasi kepada para siswa. Kemarin (8/2) giliran KB-TK Yapita yang dikunjungi.
Total, 186 anak mendapat imunisasi di KB-TK yang terletak di Kelurahan Keputih itu. Dibagi dalam beberapa kelompok, mereka tampak berbaris rapi untuk menunggu giliran disuntik. Mereka tidak takut, malah penasaran melihat teman-temannya disuntik.
M. Luthfi Adi Burohman, misalnya. Saat berada di barisan, kepalanya terus melongok melihat ekspresi teman sekolahnya. Ketika mendapat giliran, Adi tidak menangis. Dia hanya meringis kesakitan saat jarum menusuk lengannya. ’’Aduh, duh,” keluhnya.
Rupanya, penyebab anak-anak tersebut tidak menangis adalah bujuk rayu sang guru dan petugas puskesmas. Pihak sekolah siap memberikan tanda bintang sebagai hadiah bagi bocah-bocah yang mau disuntik. ’’Tanda bintang ini sekaligus sebagai penanda agar anak-anak tidak mendapat dua kali suntikan,” ujar Kepala KB-TK Eny Isnariyati.
Pihak sekolah juga memberikan penjelasan sederhana terkait penyakit difteri. Mereka menyebutkan, jika sampai terkena penyakit itu, anak-anak bisa dikucilkan.
Eny menambahkan, ada satu orang tua yang menolak anaknya diimunisasi. Memang, kalau ditelusuri, kakak-kakak anak itu juga tidak pernah mengikuti imunisasi.
Sementara itu, bidan Kelurahan Keputih Fitria Yusnita mengatakan, selama pelaksanaan ORI memang masih ada penolakan. Penolakan tersebut justru berasal dari sekolah-sekolah elite. ’’Mungkin karena mereka sudah terbiasa dengan dokter pribadi. Jadi, kurang mantap kalau bukan dokternya yang memberikan suntikan,” ujar Fitria.