Penerbangan Indonesia Makin Aman
Safety Index di Atas Rata-Rata Global
JAKARTA – Industri penerbangan Indonesia menorehkan prestasi besar di ajang Singapore Airshow 2018. Garuda Indonesia dan Citilink mendapatkan penghargaan bintang lima dan bintang empat dari lembaga riset penerbangan Skytrax. Prestasi Garuda dan Citilink itu sejalan dengan kinerja industri penerbangan Indonesia yang semakin baik. Terutama dalam hal keselamatan.
”Ini merupakan pencapaian yang luar biasa, bagi maskapai penerbangan secara khusus dan penerbangan Indonesia secara umum,” kata Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso kemarin (9/2)
Agus berharap prestasi Garuda dan Citilink bisa memotivasi maskapai lain untuk lebih baik. Citilink setidaknya membuktikan bahwa maskapai low cost carrier Indonesia bisa memperoleh four star yang kualifikasinya sangat tinggi. Hanya Citilink maskapai di Asia yang mencapai level itu.
”Semua maskapai mempunyai potensi untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada penumpang. Kami sebagai regulator penerbangan nasional akan terus mendorong para maskapai agar dapat memaksimalkan potensinya masing-masing,” ujarnya.
Secara garis besar, lanjut Agus, perkembangan dunia penerbangan tanah air menunjukkan tren positif. Di bidang keselamatan penerbangan, misalnya, Indonesia berhasil meningkatkan kemampuan pengawasan keselamatan penerbangan secara pro- gresif. Indonesia telah menjalani ICAO coordinated validation mission (ICVM) yang diselenggarakan pada 10–18 Oktober 2017.
”Indonesia telah mencapai nilai pemenuhan (effective implementation/EI score) terhadap audit Universal Safety Oversight Audit Programme (USOAP) yang dilaksanakan ICAO berada di atas rata-rata global aviation safety plan,” paparnya. ”Nilai EI Indonesia mencapai 81,15,” tambahnya.
Hal itu sesuai dengan laporan KNKT yang mencatat kecelakaan pesawat selama lima tahun ke belakang. Pada 2012 ada 13 kasus kecelakaan penerbangan dengan 58 korban meninggal dunia. Tahun 2013 ada 9 kasus dengan 2 korban meninggal. Tahun 2014 ada 8 kasus dengan 169 korban meninggal. Tahun lalu, 2017, tidak ada satu pun korban meninggal dunia dari dunia penerbangan (selengkapnya lihat grafis).
Agus menambahkan bahwa pihaknya telah menerapkan kerja sama sipil militer di bidang pelayanan navigasi penerbangan. Hal itu tertuang melalui penandatanganan MoU antara AirNav dan TNI-AU. Di dalamnya diatur tentang operasi penerbangan pada beberapa bandar udara dan pangkalan udara yang digunakan secara bersama.
Ditjen Perhubungan Udara selaku regulator, menurut Agus, memberikan kebebasan kepada maskapai untuk malakukan inovasi-inovasi guna mendapat apresiasi dari penumpang dan pengguna jasa penerbangan. ”Regulator akan selalu memantau dan membuat peraturan yang tidak memberatkan penumpang dan maskapai dalam hal pelayanan selama dalam koridor keselamatan,” katanya.
Di tempat terpisah, Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury mengatakan bahwa certification renewal bintang lima yang diterima Garuda Indonesia merupakan hasil audit layanan menyeluruh ”5 Star Follow-up Audit” yang dilaksanakan Skytrax sepanjang 2016–2017.
”Skytrax Airline Rating System tersebut merupakan salah satu instrumen penting perusahaan dalam mengukur efektivitas peningkatan kualitas layanan yang terus kami lakukan secara berkelanjutan. Sekaligus menjadi strategic asset perusahaan dalam meningkatkan daya saing layanan Garuda Indonesia,” tuturnya.
Pahala menambahkan, pencapaian Garuda tidak hanya merepr esentasikan pencapaian Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan kelas dunia. Namun, juga menjadi representasi kesuksesan konsep layanan Indonesia hospitality pada kancah global.
Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo bangga perusahaan yang dipimpinnya bisa mendapatkan four star dari Skytrax. Dengan predikat itu, Citilink telah menjadi perusahaan kelas dunia dalam hal manajemen keselamatan, pelayanan, ketepatan pada jadwal, dan faktor kepuasan pelanggan lainnya. Sebagai catatan, peringkat paling tinggi dalam Skytrax adalah five star.
Sukses tersebut, menurut Juliandra, akan menjadi modal untuk melakukan ekspansi bisnis ke regional. ”Tentu saja, Citilink Indonesia akan terus memberikan pelayanan terbaik untuk mempertahankan rating bintang empat Skytrax ini,” kata Juliandra.
Sementara itu, Senior Manager Corporate Communications Sriwijaya Air Group Agus Soedjono menuturkan, pihaknya mengapresiasi membaiknya kinerja maskapai penerbangan sepanjang 2017. Dia mengungkapkan, capaian tersebut tidak lepas dari peran para pelanggan dan para mitra. Tingkat awareness para pelanggan maskapai penerbangan saat ini sudah sangat baik.
”Tidak hanya dari sisi airline sehingga safety semakin baik. Kami harus terima kasih kepada para pelanggan. Pelanggan sudah sadar bahwa safety di atas segalasegalanya,” jelasnya saat dihubungi kemarin.
Sriwijaya Air adalah maskapai dengan on time performance (OTP) terbaik kedua di Indonesia, 88,69 persen dari 67.673 penerbangan. Mereka hanya kalah oleh NAM Air dengan OTP 92,62 persen dari 32.209 penerbangan. NAM Air adalah anak perusahaan Sriwijaya Air.
Peringkat ketiga OTP ditempati Batik Air dengan 88,66 persen dari 84.900 penerbangan. Berikutnya, ada Garuda Indonesia, Citilink, dan AirAsia di peringkat keempat sampai keenam.
Lion Air, maskapai dengan lebih dari seribu penerbangan setiap hari juga terus melakukan perbaikan. Corporate Communication Lion Air Group Ramaditya Handoko mengatakan, fokus perusahaannya saat ini adalah perbaikan manajemen dan operasional. ”Karena tantangan terbesar kami adalah menjadi maskapai dengan jumlah rute dan frekuensi penerbangan terbanyak, 1.300 penerbangan per hari, sehingga memerlukan penanganan yang sangat baik.”