Wakil Bupati Ngamuk di Depan Bupati
Sobek Lampiran, Lempar Foto, Tendang Mobdin
KOLONODALE – Pertengkaran terbuka bupati dengan wakil bupati kembali terjadi di Sulawesi Tengah. Kalau sebelumnya di Tolitoli, kali ini di Morowali Utara (Morut).
Seperti dilansir Radar Sulteng (Jawa Pos Group), kisruh itu diawali ketika Wakil Bupati Morut Moh. Asrar Abdul Samad mendadak menghentikan prosesi pelantikan
Di ruang pola kantor bupati kemarin sore (9/2) itu ada 133 pejabat eselon III dan IV lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Morut yang diambil sumpah.
Sebelumnya tak tampak ada tanda-tanda bakal terjadi insiden. Dua pemimpin wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Morowali tersebut, Bupati Morut Aptripel Tumimomor dan Wabup Morut Moh. Asrar Abd. Samad, duduk berdampingan.
Nah, ketika petugas Humas dan Protokol Pemkab Morut membacakan nama-nama calon pejabat yang akan dilantik, tibatiba saja terdengar teriakan. Datangnya dari Wabup Asrar.
”Hentikan pelantikan ini,” hardiknya sembari berdiri menunjuk ke arah barisan calon pejabat itu.
Sebelumnya di Tolitoli, juga pada momen pelantikan pejabat eselon II dan ratusan kepala sekolah dasar Rabu pekan lalu (31/1), Wabup Abdul Rahman H Buding juga mengamuk di hadapan Bupati Mohammad Saleh Bantilan. Bahkan, keduanya nyaris adu jotos jika tak dilerai. Pemicunya, salah satunya, permintaan wakil bupati agar kepala dinas transmigrasi diganti tak dipenuhi bupati.
Di Kolonodale kemarin, Wabup Asrar terlihat sangat emosional. Dia terus saja berteriak. Sesaat kemudian, Asrar turun dan merebut surat lampiran nama-nama calon pejabat dari tangan protokoler. Setelah berhasil, dia langsung menyobeknya.
Asrar juga menendang meja di ruangan itu hingga terlempar beberapa jauh. Seorang aparat kepolisian berpakaian preman segera saja merangkul wakil bupati. Beberapa orang lainnya juga tampak berusaha mendekat.
Meski terus berontak, Asrar perlahan dapat digiring meninggalkan ruang pola. Danramil 1311-03 Petasia Kapten Hamzah tampak ikut mengamankan situasi yang kian panas. Dibantu aparat kepolisian berseragam dan beberapa anggota TNI, Asrar dibawa ke ruang kerjanya.
Selesai? Ternyata belum. Belasan menit selanjutnya, Asrar keluar dan melempar foto bupati yang terpajang dalam ruang kerjanya. Foto terbingkai itu pun pecah berkeping-keping.
Masih dalam pengawalan petugas keamanan, Asrar kemudian meninggalkan kantor bupati. Saat tiba di pintu utama, dia langsung menuju mobil dinas (mobdin) bupati, kemudian menendang pintu tengah bagian kiri.
”Hanya di Morut fee proyek 15 persen. Minggir, minggir,” teriak Asrar sebelum menendang mobil itu dan pergi menuju rumah jabatannya, tak jauh dari kantor bupati.
Di ruang pola, Bupati Aptripel tampak tetap tenang. Ratusan calon pejabat yang akan dilantik juga tidak sampai terpengaruh. Barisan mereka bahkan tetap rapi. Prosesi pelantikan kemudian dilanjutkan.
Pemicu Kisruh Lalu, apa penyebab Wabup Asrar sampai begitu emosional? Menurut Asrar, kemarahan di prosesi pelantikan itu adalah akumulasi persoalan yang dipendamnya sejak dua tahun terakhir. Asrar mengungkapkan, ada tiga hal yang membuat emosinya memuncak. Pertama, soal pelantikan tanpa pelibatan dirinya. Kedua, tentang biaya rumah tangganya sebagai pejabat daerah yang tidak dipenuhi.
Ketiga, karena mobil dinas istrinya diambil tanpa sepenget ahuannya (Asrar). Selebihnya, masih banyak pemicu lain. ”Saya baru terima undangan jam 9 pagi tadi. Sudah tiga kali pelantikan ini tanpa saya ketahui,” jelasnya.
Wabup lantas mengeluhkan biaya listrik dan air bersih yang ditanggung sendiri. Padahal, biaya itu sudah dianggarkan melalui APBD. ”Bahkan, saat saya minta air, malah dimintai biaya Rp 150 ribu. Belum lagi beli token listrik Rp 2 juta. Saat mengambil dana itu, saya malah dipersulit,” bebernya.
Terkait mobil dinas yang dimaksud, Asrar mengatakan bahwa mobil tersebut sudah dimohonkan untuk operasi di Kecamatan Mamosalato atau daerah asalnya. Sebelumnya istri Asrar menerima pengadaan mobil baru. Otomatis mobil lama yang dimaksudnya ditarik ke bagian aset.
Penyebab lainnya, lanjut Asrar, yang tak kalah penting: orangorangnya tidak lagi mendapat pekerjaan. ”Siapa pun orang saya tidak boleh dapat proyek. Ini sudah tidak benar,” cetusnya. Telah jadi penyebab kisruh, Asrar mengaku menyesal atas kejadian itu. Dia pun berharap kejadian tersebut menjadi pelajaran di kemudian hari.
Bantahan Bupati Bupati Aptripel membantah tudingan soal pengaturan proyek. Dia menegaskan selama ini hanya mengurus apa yang menjadi tugas dan kewenangannya sebagai kepala daerah.
”Kalian juga tahu kalau saya tidak mengurus proyek. Saya hanya bekerja sesuai kewenangan saya,” tegasnya kepada awak media sebelum meninggalkan kantor bupati Jumat malam.
Bupati kemudian mengapresiasi upaya Kapolres Morowali AKBP Edward Indharmawan yang langsung turun tangan. Mediasi yang diinisiatori kepolisian itu juga diterimanya.