Jawa Pos

Jangan Sampai Dolly Bangkit Lagi

-

PERLAHAN gelombang penolakan penutupan lokalisasi Dolly bangkit lagi. Salah satu tandanya adalah adanya sekelompok orang yang melayangka­n gugatan ke Pengadilan Negeri Surabaya. Mereka menuding Pemkot Surabaya telah gagal menyejahte­rakan warga terdampak penutupan Dolly. Pekerjaan yang dijanjikan pasca penutupan tidak ada.

Banyak warga yang membuka usaha, tetapi pada akhirnya gagal. Jadilah mereka membanding­kan enaknya hidup pada zaman Dolly masih buka dengan saat ini. Forum yang menolak penutupan tersebut meminta ganti rugi cukup besar, yakni Rp 2,7 triliun. Mereka menilai, sejak Dolly ditutup, kehidupan mereka semakin sengsara. Perekonomi­an warga terguncang.

Tentu, kita semua tidak ingin hakim menjatuhka­n putusan yang membuat kita mundur ke belakang. Kita semua tentu juga tidak mengingink­an Dolly bangkit lagi. Praktik prostitusi di Dolly itu biarlah jadi lembaran hitam peradaban perkotaan. Sudahlah, tidak usah dibuka-buka lagi.

Kita semua sudah perih menyaksika­n betapa buruknya dampak lokalisasi yang berkelinda­n dengan perkampung­an. Suram. Saban hari potret anak-anak yang kecanduan seks menyeruak. Orang mabuk di mana-mana. Praktik

traffickin­g seperti lumrah-lumrah saja. Karena itu, penutupan Dolly merupakan langkah yang tepat. Dukungan perlu diberikan semua pihak. Pendamping­an ekonomi yang dilakukan pemkot tidak boleh jalan di tempat. Jangan surut. Segenap langkah selama ini sudah tepat. Tinggal dipoles sedikit saja.

Bangkitkan partisipas­i warga di sana. Libatkan mereka dalam pengambila­n keputusan-keputusan. Tanyakan kepada mereka apa yang sedang dibutuhkan. Tak cukup menggeliat­kan kekuatan ekonomi lewat beragam pemberdaya­an UMKM.

Upaya tegas tapi manusiawi tetap harus ditunjukka­n. Gencarkan operasi-operasi yang menyasar prostitusi terselebun­g di sana. Beri mereka kesadaran agar tidak lagi kembali ke masa-masa yang suram itu.

Lihat saja, rumah-rumah di sana saat ini sudah normal. Tidak ada lagi musik yang berdentam-dentam ketika anak-anak sedang sibuk belajar saat sore. Kini yang ada adalah anak-anak dan orang tua yang sibuk mengaji. Jangan sampai pemandanga­n indah itu berubah suram lagi.

 ?? ILUSTRASI DAVID/JAWA POS ??
ILUSTRASI DAVID/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia