Kemampuan Terlihat oleh Guru sejak Kelas II SD
Tania Dewi Astalina, Gadis 15 Tahun yang Jago Menyanyi Keroncong
Keroncong identik dengan musik orang tua. Tetapi, ada gadis SMP yang punya prestasi pada aliran musik tersebut.
MENDUNG menggantung di langit ketika Jawa Pos Radar Trenggalek memasuki halaman SMPN 3 Trenggalek kemarin (9/2). Di salah satu ruang kelas terlihat siswa sedang berkumpul. Di antara mereka, ada yang bernyanyi.
Ya, karena saat ini mendekati pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer (UNBK), selain melakukan bimbingan belajar (bimbel) terhadap siswa kelas IX, beberapa guru sedang menyiapkan anak didiknya ujian praktik sebagai salah satu syarat kelulusan.
Beberapa saat berselang, seorang gadis keluar dari ruangan menuju ruang kepala sekolah. Gadis itu Tania Dewi Astalina, siswa SMP yang memiliki kemampuan bernyanyi dan sering mewakili sekolah, daerah, maupun grup orkes keroncong dari kota lain untuk tampil.
’’Selain tampil, saya kerap ikut lomba, mulai tingkat kabupaten hingga provinsi, dan sering mendapat juara,’’ ungkap Tania.
Kemampuan gadis asal Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, itu bernyanyi keroncong terlihat sejak kelas II SD. Saat itu tiba-tiba sang guru meminta dia mewakili sekolah untuk lomba bernyanyi keroncong.
Itu mungkin karena sang guru menyadari bakat dalam diri Tania. Sesekali ketika istirahat atau belum ada kegiatan belajar mengajar (KBM), dia bernyanyi dan disoraki temantemannya. ’’Saya tidak pernah mengikuti kursus dan sebagainya. Hanya bernyanyi untuk mengikuti suara hati daripada berdiam diri,’’ tuturnya.
Keputusan sang guru memilih dia dibayar lunas. Sebab, saat itu dia mendapat juara tingkat kecamatan yang diteruskan hingga tingkat kabupaten. Hal tersebut berlanjut hingga dia SMP seperti sekarang. Itu dibuktikan dengan beberapa kali acara pertunjukan musik keroncong di daerah lain hingga perlombaan yang beberapa di antaranya membuat dia menjadi juara.
Hingga sekarang, selain dari Trenggalek, beberapa grup orkes keroncong dari daerah lain, misalnya Jombang, Magetan, dan Malang, sering meminta dia bergabung guna mengisi acara tingkat Jawa Timur. Pengalaman dia yang paling berharga ketika bernyanyi keroncong pada 2016 di Pendapa Manggala Praja Nugraha Trenggalek.
Saat itu Pemkab Trenggalek menyelenggarakan acara keroncong tingkat provinsi. Tamu undangan dari daerah lain hadir dalam acara tersebut.
Namun, saat grup orkes keroncongnya tampil, tiba-tiba tim pengiring memainkan musik yang salah, tidak sesuai dengan latihan sebelumnya.
Untung dia cepat mengambil keputusan, yaitu bernyanyi berdasar iringan musik yang dijalankan, tanpa meminta tim pengiring menghentikannya. ’’Untung saat itu, kendati tidak berlatih, saya tahu irama musik tersebut sehingga bisa bernyanyi sesuai musiknya,’’ ujar gadis 15 tahun itu.
Dengan pengalaman itu, dia harus lebih memahami jenis musik keroncong lain untuk mengantisipasi hal serupa terulang. Selain itu, saat ini dia terus mengasah kemampuannya bernyanyi keroncong agar bisa mengikuti acara lebih besar lagi sekaligus membawa nama Trenggalek.
’’Semoga saja bisa terwujud. Makanya, ke depan saya ingin bersekolah di daerah lain yang bisa melakukan pembinaan dalam hal bernyanyi keroncong lebih baik lagi,’’ jelas putri kedua pasangan Soni Suharsono dan Arumi Triastuti itu.