Jawa Pos

Kapan Senam Lagi, Obrolan Perdana di WhatsApp

Para Kakek Peserta Broadband Learning Center (BLC)

- SALMAN MUHIDDIN

Gara-gara malu sama cucu, para kakek asal Ngagel Dadi mengikuti kursus komputer dan internet. Enam bulan belakangan mereka rutin mengunjung­i gedung broadband learning center (BLC) di Taman Flora. Lewat program gratis pemkot itu, mereka meminimalk­an ketertingg­alan.

”Cucu saya sebelas. Sudah pintar main komputer dan HP semua,” ujar Suyitno di sela-sela jam pelajaran di BLC pada Rabu (7/2). Dia sadar dirinya tertinggal jauh. Teknologi yang dia kuasai sebatas telepon dan SMS. Setelah belajar enam bulan, dia kini punya akun Facebook, WhatsApp, e-mail, dan blog.

Pak Yit, panggilan Suyitno, menginisia­tori kegiatan belajar bagi para kakek. Keinginan itu muncul saat melihat mesin parkir di sekitar Balai Kota Surabaya setelah mengikuti senam ling tien kung. Pria 64 tahun itu kaget. Di matanya teknologi sudah begitu maju.

Salah seorang pegawai pemkot yang melihatnya keheranan menghampir­i. Saat dijelaskan, Pak Yit sulit mengerti karena masih gagap teknologi (gaptek). Pegawai itu lantas menyaranka­n Pak Yit mengikuti BLC yang tersebar di 44 titik. Karena rumahnya di Ngagel, BLC terdekat berada di Taman Flora, Baratajaya, Gubeng.

Pertama datang, dia diminta membuat kelompok belajar. Minimal lima orang. Mulailah dia mencari teman. Dia mengajak para lansia pengurus RW di kampungnya. Ternyata, mereka mau. Sejumlah rekan senam ling tien kung juga turut serta. Ada 10 peserta yang ikut. Namun, Rabu lalu hanya enam orang yang hadir

Selain Pak Yit, ada Teguh Prasetyo, pensiunan PNS Surabaya yang kini berusia 59 tahun. Ada juga pegawai swasta serta pengusaha seperti Imam Subandi, 58; Moch. Hasan, 64; dan Bambang Koesworo, 56. Yang paling senior adalah Ibnu Sudarman, pensiunan Dinas PU Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berusia 70 tahun.

Beberapa orang pindah kelas karena tak bisa menyamakan hari dan jam belajar. Ada juga yang izin karena ada acara lain. Pak Yit duduk di bangku terdepan, memakai baju batik berbalut rompi warna khaki. Dia sangat aktif di kelas. Paling sering bertanya, paling sering berkomenta­r. Dialah yang ditunjuk sebagai ketua kelas.

Saat itu, mereka belajar mengaplika­sikan sistem Android ke komputer melalui program BlueStacks. Setelah layar komputer berubah tampilan menjadi Android, mereka diajari cara meng-install WhatsApp Web. Farid Fahmi Amrullah, sang tutor, dengan sabar menuntunpa rakakekitu .”Njenengan isi kolom ini dengan alamat e-mail.

Masih ingat alamat e-mail-nyatoh?”

ujar Farid menjelaska­n cara memiliki akun Play Store tempat mengunduh aplikasi WhatsApp.

Tak ada yang menjawab. Para kakek saling memandang. Farid paham mereka lupa alamat e-mail

yang dibikin pekan sebelumnya. Dia mengingatk­an para kakek untuk membuka buku catatan masingmasi­ng. Dia sudah meminta agar alamat e-mail itu dicatat.

Setelah WhatsApp ter-install, mereka diminta menyimpan nomor-nomor HP teman satu kelas. Setelah itu, mereka diper- silakan melakukan chatting. Teguh mengirim pesan kepada Pak Yit. ”Halo Pak Yit. Kapan senam lagi?” tulisnya. Farid meminta Pak Yit membalas pesan tersebut. ”Kalau enggak usah dijawab, bagaimana?” sahut Pak Yit. Farid tergelak mendengar jawaban itu. Dia menerangka­n bahwa seluruh pesan yang telah diterima harus dibalas. Tujuannya, sang penerima pesan tidak menunggu terlalu lama jawaban tersebut.

Ibnu Sudarman mengirim pesan kepada Teguh. ”Selamat sore Bos. Opo wis mudeng?” tulis Ibnu. ”Saiki mudeng sesuk lali,” balas Teguh yang rupanya sudah selangkah lebih maju jika dibandingk­an dengan teman-temannya karena menambah balasan itu dengan tiga emoji bergambar wajah tertawa. He..he..he…

Sore itu adalah pertemuan ke-24 mereka. Tidak ada peserta lain yang mengikuti pelatihan selama itu. Peserta dari kalangan remaja serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) rata-rata lulus pada pertemuan ke-6 atau ke-8.

Namun, bukan berarti para kakek itu tak mampu menyerap pelajaran. Mereka justru haus akan ilmu-ilmu yang lain. Maka, mereka tidak mau lulus cepat. Selama enam bulan terakhir, sudah ada empat tutor yang bergantian mengajari para kakek tersebut. ”Kami enggak bosan. Tutornya yang bosan lihat kami,” gurau Hasan

Dari hasil belajar, para kakek sudah menguasai program office. Mereka juga bisa membuat brosur, menggambar desain batik melalui program inkscape. Yang paling penting, mereka sudah menguasai internet. Mau browsing apa nih, Kek?

 ?? SALMAN MUHIDDIN/JAWA POS ?? SEMANGAT BELAJAR: Suyitno (pakai peci) bersama teman-temannya di gedung BLC Taman Flora, Rabu (7/2).
SALMAN MUHIDDIN/JAWA POS SEMANGAT BELAJAR: Suyitno (pakai peci) bersama teman-temannya di gedung BLC Taman Flora, Rabu (7/2).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia