Benahi Gaya Hidup Cegah Diabetes
SURABAYA – Diabetes, tanpa disadari banyak penderitanya, menjadi penyakit yang menyeramkan. Pasien tidak merasakan gejala yang signifikan. Karena itu, sering diabaikan. Pada akhirnya, ia berkembang menjadi penyakit komplikasi dan mematikan.
”Bagian tubuh mana pun bisa kena. Mulai ujung kepala hingga ujung kaki,” ungkap Dr dr Soebagijo Adi SpPD K-EMD FINASIM FACP kemarin (9/2). Kondisi itu menjadi salah satu topik yang dibahas dalam The Quadruple Joint Symposium 2018 yang melibatkan seluruh dokter dari berbagai daerah di Hotel Bidakara Fancy Tunjungan.
Angka penderita diabetes terus meningkat. Soebagijo menyebutkan, 7 persen warga Surabaya berusia di atas 18 tahun merupakan penderita diabetes. ”Itu penelitian lima tahun lalu. Kalau saat ini, kami yakin angkanya semakin meningkat,” terang ketua panitia acara yang rutin diselenggarakan dua tahun sekali tersebut. Sejak 2000, Indonesia selalu berada di peringkat sepuluh besar dengan pasien diabetes terbanyak di dunia.
Penyakit saat tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin (pengatur gula darah) itu berpeluang hinggap pada segala usia. Baik perempuan maupun laki-laki. Namun, dia menjelaskan bahwa kewaspadaan harus ditingkatkan bagi pasien berusia di atas 40 tahun. Diabetes dapat menyebar dan membentuk gejala lain yang lebih parah.
Kalau menyerang otak, timbul penyakit stroke. Beda lagi saat menyerang mata, muncul katarak. Juga bisa berpeluang jantung koroner dan ginjal. ”Sebanyak 40 persen pasien cuci darah karena ginjal yang diakibatkan diabetes,” ungkapnya.
Faktor risiko utama pasien diabetes adalah gaya hidup yang kurang sehat. Pola makan yang tidak teratur juga menyempurnakan hal itu. ”Berjam-jam duduk di depan komputer, kurang olahraga, semuanya serbainstan, dan tidak mau gerak,” papar ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Cabang Surabaya tersebut. Selain itu, faktor risiko lain yang turut memengaruhi adalah genetik (adanya keluarga berpenyakit diabetes), hipertensi, obesitas, dan ibu yang melahirkan bayi besar.
Para dokter terus mengampanyekan pencegahan diabetes. Ada dua jenis pencegahan. Bentuk sekunder adalah langkah antisipasi sebelum terkena diabetes. Kalaupun sudah memiliki diabetes, jangan sampai muncul komplikasi. Itu disebut pencegahan primer. ”Sekarang giat olahraga semakin banyak. Tinggal bagaimana masyarakat mengatur pola makan dengan baik,” tegasnya.