Indonesia Jadi Jujukan Sabu-Sabu
Lagi, Kapal Asing Angkut 1 Ton Tertangkap
BATAM – Penangkapan kapal Sunrise Glory dengan 1 ton 29 kilogram sabu-sabu di perairan Batam Kamis (8/2) makin menguatkan fakta yang memprihatinkan. Bah- wa Indonesia semakin menjadi jujukan (tujuan) bandar narkoba internasional dalam memasarkan barang haramnya
Apalagi, penangkapan kapal Sunrise Glory yang berbendera Singapura hanya berselang tujuh bulan dari pengungkapan penyelundupan 1 ton sabu-sabu lewat laut dengan kapal Wanderlust yang terungkap di Hotel Mandalika di Anyer, Banten, 13 Juli 2017. Rentetan penangkapan itu sangat meresahkan. Sebab, dengan hitungan kasar, setiap 1 ton sabu-sabu tersebut memiliki daya rusak hingga 2 juta pemakai bila masing-masing mengonsumsi 0,5 gram saja.
Deputi Penindakan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Pol Arman Depari menjelaskan, maraknya penyelundupan narkoba lewat laut sudah terjadi dalam dua tahun terakhir. Menurut dia, hal itu terjadi karena gencarnya penindakan narkoba di beberapa negara di Asia. ”Tiongkok menindak, Filipina juga,” ujarnya kepada Batam Pos (Jawa Pos Group) di jumpa pers penangkapan kapal Sunrise Glory di Batam kemarin (10/2).
Akibatnya, sabu-sabu yang seharusnya dipasok untuk dua negara tersebut kini dialihkan masuk ke Indonesia. Dari pantauan BNN, para bandar sabu-sabu internasional menilai Indonesia sebagai pangsa pasar yang potensial. ”Penduduk 200 juta lebih dan sebanyak 40 persennya adalah generasi muda yang sangat mudah terpengaruh dan berpotensi menjadi pecandu,” ucapnya.
Sesuai data BNN, pasar narkotika di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Pada 2015 jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai 5,2 juta orang. Jumlah itu terus naik pada 2016 dengan pengguna diprediksi mencapai 5,7 juta jiwa. Pada 2017 kenaikan tetap terjadi dengan jumlah pengguna 5,9 juta orang.
Juru Bicara Divhumas Polri Kombespol Slamet Pribadi menambahkan, selain jumlah pengguna, yang lebih menggiurkan adalah harga narkotika di Indo- nesia yang berlipat-lipat dari harga di negara produsen seperti Tiongkok. ”Maka, bila bisa menjual ke Indonesia, mereka akan untung besar. Ya menambah menjadi incaran,” jelasnya.
Satu Sindikat Terkait penangkapan kapal Sunrise Glory, Arman Depari menyatakan, BNN sedang menyelidiki apakah pemilik kapal Sunrise Glory dan kapal Wanderlust merupakan satu jaringan yang sama. ”Dari barang bukti itu bisa terekam. Apakah ada kesamaan barang bukti Wanderlust dengan Sunrise Glory. Jadi, narkoba ini memiliki sidik jari. Kalau sama, satu jaringan mereka,” terangnya.
Dugaan pemilik kapal Sunrise Glory tersebut satu jaringan dengan kapal Wanderlust dikatakan Wakil KSAL Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman. ”Melihat modus kapal ini mencoba memasuki perairan Indonesia, mengungkapkan kemungkinan itu,” ujarnya dalam jumpa pers di Batam kemarin.
”Mereka ini mencoba masuk dengan menyisir melalui Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Lalu coba-coba masuk, tapi saat akan dikejar, mereka akan keluar dari ZEE. Masuk ke perairan internasional,” tambahnya.
Achmad menerangkan, pihaknya menerima informasi, ada kapal bernama Sundemen 66 yang akan mencoba menyelundupkan sabu-sabu ke Indonesia sejak Desember tahun lalu. Sejak itu TNI-AL memerintah jajarannya memantau setiap pergerakan kapal di perairan Indonesia.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Setelah tiga bulan dipantau, pada Rabu (7/2), kapal yang memiliki ciri-ciri yang sama melintasi Selat Philip, selat perbatasan Singapura dan Batam. TNI-AL pun mengerahkan KRI Siguror untuk mengejarnya. Kapal tersebut ditangkap di titik koordinat 01/ 08.722U/ 103.48.022T. Saat ditangkap, kapal itu menggunakan bendera Singapura.