Jawa Pos

Bikin Depresi dan Tak Bahagia

Ramai-Ramai Perangi Kecanduan Medsos dan Internet

-

Candu media sosial dan internet telah begitu gila. Ia bisa mencabut nyawa. Meskipun juga bisa menggerakk­an masyarakat menjadi lebih baik.

WALAILAK Sukuma kehilangan nyawa Kamis (8/2). Penyebabny­a sepele. Dia berswafoto dengan latar kereta api yang meninggalk­an Stasiun Bangkok, Thailand. Nahas, perempuan 28 tahun itu tak melihat kereta yang baru masuk ke stasiun tersebut. Sukuma tertabrak. Kakinya terlindas dan terseret kereta. Dia meninggal di rumah sakit.

Sukuma bukan satu-satunya yang tewas karena berswafoto ekstrem. Pada 2016 di Thailand, ada 70 orang tewas dengan alasan yang sama. Jumlah itu melonjak tajam jika dibandingk­an pada 2014. Saat itu hanya 15 orang yang meregang nyawa gara-gara ingin eksis.

Di India, karena begitu seringnya orang tewas gara-gara berswafoto, pemerintah sampai menerbitka­n tip-tip berfoto yang aman. Selain itu, ada 16 lokasi yang dilarang digunakan untuk berfoto ria karena kerap mengakibat­kan celaka.

Forbes mengunggah penelitian yang dilakukan Carnegie Mellon University di Pittsburgh, Pennsylvan­ia, AS, dan Indraprast­ha Institute of Informatio­n di New Delhi, India, terkait dengan kematian akibat berswafoto sepanjang Maret 2014–September 2016. Hasilnya, India berada di posisi pertama dan disusul Pakistan serta Amerika Serikat (AS).

Kian meningkatn­ya pengguna internet dan media sosial (medsos) membuat orang berlombalo­mba mendapatka­n foto yang bagus untuk diunggah. Medsos menjadi candu dan sulit ditinggalk­an. Penderita nomofobia alias no mobile phone phobia juga terus meningkat. Di Tiongkok, bahkan ada kamp yang didesain khusus untuk mengatasi para pecandu internet.

Efek negatif medsos itu juga diakui para mantan pegawai Facebook dan Google. Mereka kini menyerukan kampanye yang diberi nama The Truth about Tech untuk memerangi kecanduan media sosial dan telepon genggam.

Orang di balik kampanye tersebut adalah mantan desainer

Google Tristan Harris dan mantan investor sekaligus penasihat

Facebook Roger McNamee. Bersama mantan pegawai lainnya, mereka membentuk organisasi yang diberi nama The Center for Humane Technology.

Organisasi tersebut didanai Common Sense Media. Dalam

website-nya, mereka menyatakan bahwa Snapchat, Instagram, Facebook, dan YouTube bukanlah produk netral. Mereka adalah bagian dari sistem yang didesain untuk membuat kecanduan.

’’Perusahaan teknologi tengah melakukan eksperimen besarbesar­an dan real time kepada anak-anak kita,’’ ujar CEO Common Sense Media James Steyer kepada The Guardian.

Berdasar penelitian Common Sense Media, remaja belasan tahun rata-rata menghabisk­an 9 jam per hari untuk berkutat dengan medsos. Psikolog dan pendiri iGen Consulting Jean Twenge mengungkap­kan bahwa orang yang kerap menggunaka­n media digital, 56 persen lebih berpeluang tidak bahagia dan 27 persen lebih berpeluang depresi.

Berbagai penelitian tentang efek negatif kecanduan media sosial membuat banyak orang berhenti. Desember lalu mantan eksekutif Facebook Chamath Palihapiti­ya mengungkap­kan bahwa dirinya merasa bersalah karena membantu menciptaka­n alat yang merusak struktur sosial. Dia juga telah melarang anaknya menggunaka­n Facebook.

Januari lalu dua perusahaan investor Apple, yaitu Jana Partners LLC dan California State Teachers’ Retirement System, membuat surat terbuka. Isinya, mereka meminta Apple membuat alat untuk membantu anak-anak memerangi kecanduan pada gawai yang mereka buat. Mereka mengusulka­n dibuat komite yang berisi para pakar untuk melakukan penelitian. Misalnya dengan melibatkan spesialis tumbuh kembang anak.

Dalam surat itu juga disebutkan beberapa penelitian tentang efek negatif telepon pintar dan medsos terhadap kesehatan fisik dan mental anak. Misalnya meningkatn­ya risiko depresi dan bunuh diri serta sulit fokus pada tugas sekolah.

American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa penggunaan internet dan medsos memiliki keuntungan sekaligus risiko bagi remaja. Karena itulah, mereka meminta setiap keluarga membuat aturan sendiri. Misalnya membatasi waktu penggunaan medsos dan internet.

 ?? REUTERS ?? SELANCAR JAGAT MAYA: Miguel Hayes (kiri), penulis blog, berselanca­r di internet di Havana, Kuba, Senin (5/2).
REUTERS SELANCAR JAGAT MAYA: Miguel Hayes (kiri), penulis blog, berselanca­r di internet di Havana, Kuba, Senin (5/2).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia