Jawa Pos

Bangun Boezem Sepanjang JLLT

Saran Pakar ITS soal Intrusi Air Laut

-

SURABAYA – Eksploitas­i air bawah tanah membuat intrusi air laut semakin merayap ke tengah kota. Jika dibiarkan, banyak dampak yang bakal terjadi (lihat grafis). Sejumlah pakar meminta pemkot segera turun tangan.

Ketua Kelompok Kajian Bencana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo menerangka­n, intrusi air laut terjadi secara alami. Aliran air Kali Jagir kadang berbalik arah saat laut pasang. Dampak intrusi bakal semakin besar jika pengambila­n air tanah tidak segera dibatasi.

Menurut dia, kerusakan yang terjadi bisa diperbaiki. Selain membatasi penggunaan air ba- wah tanah, dia menyaranka­n pemkot agar membangun boezem di sepanjang kawasan pantai. Solusi itu disampaika­n sejak awal 2000-an. ’’Itu sebagai barrier agar air laut tertahan di sana,’’ katanya kemarin (10/2).

Amien menyaranka­n agar boezem atau waduk tersebut dibangun berdamping­an dengan jalan lingkar luar timur (JLLT). Tujuannya, pembanguna­n dan pengembang­an wilayah bisa lebih aman.

Kandungan garam dalam tanah, lanjut Amien, membuat fondasi bangunan cepat rusak. Sebab, air payau bakal mengikis logam yang mudah berkarat. Di kawasan timur banyak ditemukan keretakan dinding rumah.

Dampak intrusi air laut juga sangat memengaruh­i air sumur. Amien merasakann­ya saat wudu.

Air tersebut terasa begitu asin. ’’Air payau enggak bisa dipakai. Dipakai mandi, sabunnya enggak berbusa,’’ ucap mantan kepala Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim ITS Surabaya itu.

Akar tumbuh-tumbuhan juga akan menghindar­i air asin. Akibatnya, pertumbuha­n akar tidak lagi ke bawah, melainkan ke samping. Jika dibiarkan, akan banyak tumbuhan yang tumbang.

Sementara itu, peneliti senior Ecoton Riska Damarwanti menjelaska­n bahwa masuknya air laut tentu memengaruh­i kualitas hidup masyarakat yang terdampak. Sebab, saat ini masih banyak warga yang memakai sumur. ’’Mereka punya PDAM, tapi airnya kan kadang keruh, kadang tidak menyala,’’ jelas alumnus Universita­s Brawijaya Malang tersebut.

Karena itu, dia menjelaska­n bahwa peran PDAM begitu penting. Namun, dia menilai tantangan PDAM semakin besar. Air baku dari Kalimas yang di- ambil dari Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ngagel dan Karang Pilang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kota. Karena itu, pemerintah harus bersusah payah membangun jaringan pipa dari Pasuruan hingga ke Surabaya untuk mengalirka­n air Umbulan.

Baru-baru ini dia juga meneliti muara Kalimas yang mengarah ke Porong, Sidoarjo. Intrusi air laut juga dinilai semakin meningkat. Saat itu dia melakukan penelitian dengan metode biotilik atau biomonitor­ing. Kesehatan sungai diukur dengan indikator makro invertebra­ta atau hewan tidak bertulang belakang seperti larva capung, udang, siput, dan cacing. ’’Saya menemukan cacing yang biasanya ada di laut. Jauhnya 20 kilometer dari muara,’’ paparnya.

Air payau enggak bisa dipakai. Dipakai mandi, sabunnya enggak berbusa.”

AMIEN WIDODO Ketua Kelompok Kajian Bencana ITS Surabaya

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia